11:11
tanpa pikir panjang Prabu langsung melajukan mobilnya ke kos Selene.
Prabu admit it, dia memang bukan orang yang bisa percaya ke orang lain dengan secepat itu. apalagi di sebuah hubungan, Prabu masih belum siap untuk itu.
tapi kayak yang Jeremy bilang, Prabu bukan tipe orang yang suka berbagi kalau dia sudah menyukai sesuatu.
jadi melihat Selene belakangan ini Prabu jadi gelisah sendiri. bahkan ke idol yang bahkan tidak mengetahui keberadaan Selene, Prabu was-was kalau orang itu bisa aja merebut Selene dari dia.
Prabu sadar kok kalau Selene juga udah sering bahas soal hubungan mereka. cuma balik lagi, dia belum seyakin itu dulunya.
tapi apa kata Jeremy benar, gak semua orang kayak Jelena. dan Selene bukan Jelena.
jadi disini lah Prabu, di ambang pintu kos Selene dengan nafas yang terengah-engah. ia bahkan hanya memakai kaos putih polos dan celana pendek selutut, nothing special on him tonight.
“loh? kok disini?”
“can we talk? saya boleh masuk gak?” tanya Prabu mengabaikan pertanyaan Selene barusan.
Selene lalu mempersilahkan Prabu untuk masuk. keduanya duduk di karpet dekat kasur Selene.
Prabu masih bingung bagaimana mengawali pembicaraan ini, jadi sedari tadi ia hanya menatap sekeliling sambil sesekali berdehem.
“kenapa om?”
Prabu menarik nafas dalam-dalam sebelum memberanikan diri untuk berbicara.
“i'm sorry Selene udah datang tiba-tiba begini bahkan di keadaan saya yang lagi berantakan. there's no roses, chocolate or even any gift i could give you.”
“but, Selene you should know kalau buat kamu saya udah memberanikan diri untuk datang sejauh ini sampai harus menghiraukan prinsip saya.”
“truth be told, Selene, sometimes i do wanna have a relationship with you. i'm not gonna talk what i feel about you, because you already know that i falling madly in love with you, you already know that. but, i don't even that brave to take a risk for relationship. saya masih ragu, terus-terusan ragu.”
“selene,” Prabu meraih kedua tangan Selene untuk dia genggam.
“my past scare me of relationship, my ex left me when we were on the altar. it was a one step again, Selene. but she left me. she left me.”
Selene terkejut saat melihat Prabu yang meneteskan air mata. ia lalu bergerak mendekat untuk memeluk pria itu, niatnya untuk menenangkan dia.
“it's okay, gak usah di lanjutin om kalau begini.”
“gak, kamu harus tau ini.”
mereka dia sejenak sampai setelah Prabu stabil barulah pria itu kembali berbicara.
“namanya Jelena. saya sama dia udah lama banget, mungkin dari saya kuliah kali ya. mama saya juga suka banget sama dia, she's a kind hearted girl. kalau liat dia bawaannya adem. sampai akhirnya saya yakin banget buat nikah sama dia, mungkin empat tahun yang lalu kali ya. sehari sebelum pernikahan semuanya baik-baik aja, bahkan saya masih ngobrol sama dia via telepon. sampai besoknya, waktu acara nikah saya masih lihat dia pake gaun pernikahan yang sebelumnya udah di rancang. i even told how much beautiful she is that time. tapi waktu saya udah di altar, dia gak datang sama sekalian Selene.”
Prabu terdiam sejenak. “imagine how scary relationship is.”
“i feel bad for you.”
“no, it's okay. i'm okay now, tadi nangis karena kebawa suasana aja.”
Selene hanya tersenyum lalu kembali memeluk Prabu singkat.
“okay sekarang we should talk about us, Selene.”
“oke.”
“kamu mau gimana? pacaran? atau mau yang lebih serius?”
Selene langsung mendelik mendengar perkataan Prabu. ia hanya bisa memukul lengan Prabu pelan yang mana membuat pria itu tertawa.
“okay, it's 11:11 now walaupun in PM. you know the myth you should make a wish when you see that?”
“iya tau, terus om make a wish?”
“iya, barusan tadi.”
“apa tuh?”
“my wish? i hope the girl in front of me want to be my girlfriend.”
Selene tertawa, ia lalu mendekatkan dirinya pada Prabu dan tersenyum.
“oh wow, it worth. she want to be your girlfriend, Prabu. congrats.”