23.08

Udah jam 3 pagi tapi Januar belum ngantuk-ngantuk. Ngeliat anak-anak yang lain juga masih asik sendiri kayaknya. Tapi waktu ngelirik Rossa keliatan banget kalau dia udah high.

Januar memilih buat beranjak lalu menghapiri Rossa. Ia menepuk bahu perempuan itu yang mana membuat Rossa menoleh.

“Mau keatas gak bareng gua? Cari angin. Muka lu merah banget, Sa.”

Rossa hanya mengangguk pelan, ia lalu menerima uluran tangan Januar.

Yang di maksud Januar keatas itu ke lantai dua dari villa ini. Kayaknya kalau nongkrong disana adem, begitu pikir Januar.

Gak ada yang notice Rossa dan Januar udah masuk duluan ke dalam villa. Kecuali sepasang mata yang sedari tadi memerhatikan keduanya.

Begitu sudah sampai di balkon lantai dua villa Januar menyodorkan air mineral yang sempet dia ambil tadi. Ia kemudian bergabung duduk bersama Rossa.

“How's life, Jan? Lu sekarang keliatan lebih fresh.”

Januar terkekeh. “What you mean fresh? Gua masih struggle ngurusin bokap dan diri gua. Ketolong sama Akasa aja, udah kayak stress relief gua.”

“It's obvious you love her.”

Januar giggling. “I am, so grateful to have her.”

Terjadi keheningan diantara keduanya, sampai tak beberapa lama kemudian Rossa angkat bicara.

“I miss you sometimes. Mostly kalau lagi stay di Bandung. Kayak kalau Bandung itu pasti Januar. It's just sometimes, tapi rasanya kadang nyiksa banget.”

Januar tahu apa yang di katakan Rossa hanyalah karena dia sudah mabuk. Tapi Januar tidak menampik fakta bahwa 'drunk minds speaks a sober thoughts'

“Cuma masa lalu, sa.”

“I know, that's why i am pathetic. But i'm glad to see you happy, Januar. Terakhir kali ketemu lu, lu berantakan banget. Apalagi setelah mami meninggal.”

Januar hanya bisa menghela nafas, membiarkan Rossa mengatakan apa yang ingin ia katakan.

“Lu tau gak, kalau lu punya hubungan yang bahkan belum pernah di mulai tapi sudah harus selesai itu bakal susah banget buat di lupain.” Kata Rossa membuat Januar menatap perempuan itu.

Begitu pula dengan Rossa, tatapannya bertemu dengan Januar.

Perempuan itu tersenyum. “It's been eight years, Januar. But i still like you, like sooooo muuuucchhhh.”

Rossa lalu mendekatkan wajahnya, menatap Januar lalu turun ke bibir pria itu.

“It's been eight years but i still don't have any idea to forget you. Here i am, still craving for your love.”

Januar menghela nafas. “We were never feels right, Oca. Gua sama lu, gak bakal bisa bareng. You know the reason.”

“I know, but you never give us a chance. Jadi kita gak pernah tau kan?”

Januar memalingkan wajahnya. “I have girlfriend.”

Rossa smirking, ia lalu mengapit kedua pipi Januar memaksa untuk menatapnya kembali.

Rossa mendekatkan wajahnya pada Januar. Perempuan itu lalu menempelkan bibirnya sepersekian detik lalu akhirnya menjauh.

Januar yang terkejut hanya bisa terdiam, sementara Rossa kini sudah terlelap di dada di bidangnya.

Sementara Januar menetralkan detak jantungnya, ia tidak tahu bahwa sedari tadi ada yang melihat mereka berdua.

Alveno Baskara