BONUS.
“Beneran, bang?” tanya gue ke Bima sekali lagi.
Dan Bima masih mengangguk sebagai jawaban. “Serius, Sha. Ketuplaknya teman gue di UKM dulu, jadi bisa gue lobi. Cetta suka kan tuh? Lo ajak aja.”
“Suka banget dia, mah. Orang setiap night drive lagi beliau mulu yang dia dengar. Lo nggak tau aja gimana pengennya dia nonton konsernya.”
Bima lalu tertawa. “Yaudah, bawa gih. Nanti bisa sekalian foto tuh mereka.”
Hari ini kak Cetta nggak ke kampus, selain karena nggak ada kelas, dia harus ngantar Bapak isi seminar ke Bandung. Tapi dia bilang kalau jam lima sore dia udah di Jakarta dan dia ingin mengajak gue bertemu untuk makan malam bareng, jadi kesempatan itu gue gunakan untuk memberi kejutan ini ke kak Cetta.
Gue nggak sabar liat muka dia yang pasti kesenangan, karena kak Cetta emang ngefans banget sama orang ini. Gue kira dia dulu cuma bercanda, tapi namanya juga kak Cetta, susah ditebak, dia ternyata beneran ngefans sampe ngefans banget sama orang ini.
“Kita ngapain sih kok ke kampus?” tanya kak Cetta heran.
“Kata bang Bima, BEM Teknik lagi ngadain music festival, terus guest starnya kesukaan kamu. Pasti kamu suka deh.”
“Kesukaan aku? Apaan emang?”
“Lah gimana? Masa kesukaan sendiri nggak tau?”
“Apa ya? Artis, Sha?”
Gue hanya membalas dengan senyuman, “liat aja deh nanti, kamu pasti hepi banget.”
Dia tertawa, “Oh, makanya kamu nyuruh aku dandan yang ganteng ya?”
“Iya, ketemu idola harus all out dong.”
Lalu gue mengajak kak Cetta menuju tempat dimana konser tersebut diadakan. Rame banget sumpah, mana nggak ada yang gue kenal karena isinya anak Teknik semua. Tapi nggak papa, demi kesenangan kak Cetta.
Kak Cetta masih merasa bosan karena artis yang gue maksud belum waktunya tampil. Tapi beberapa menit kemudian, alunan nada yang mungkin familiar untuk kak Cetta terdengar, membuat kak Cetta menatap gue dengan pandangan terkejut. Dan saat itu lah gue tau kalau artis kesukaan kak Cetta akhirnya tampil.
“Sha?” dia bahkan sampai membulatkan matanya. “Ini kamu serius?”
Gue mengangguk, agak geli juga melihat bagaimana senangnya dia sekarang. “Serius, tuh-tuh kesayangan kamu udah muncul.” lalu gue membalik badan kak Cetta menuju panggung lagi.
Dan saat itu lah gue mendengar suara teriakan kak Cetta yang menggelegar. “MBAK HEPIIIIIIIIIII.”
Iya, penyanyi kesukaan kak Cetta yang gue kira bercanda itu Happy Asmara. Gue udah sering banget denger bagaimana inginnya dia melihat Happy Asmara secara langsung. Dan kebetulan waktunya selalu nggak pernah pas karena dia juga sekarang lagi sibuk magang.
Gue nggak tahu lagu apa yang sekarang sedang dinyanyikan tapi melihat kak Cetta yang goyang gue jadi ikut goyang bersama.
“Kak, ikut aku yuk.”
“Ih mau kemana? Belum selesai lagunya.” dia bahkan kelihatan nggak ikhlas gue ajak pergi sekarang.
“Ikut aja, aku mau kasih kamu sesuatu.”
“Nggak bisa nanti ya?”
“Nggak bisa, sayang. Mau ya sekarang?”
Dia lalu menatap kearah panggung, dimana Happy Asmara masih menyanyi. Setelahnya lalu jalan mengikuti gue dengan gontai. Gue baru kali ini melihat kak Cetta fanboying dan ternyata lucu banget.
“Kita ngapain kesini?” tanya kak Cetta begitu kita berada di backstage.
“Ketemu kesayangan kamu.”
Dia awalnya bingung, tapi selanjutnya wajahnya kembali berseri. “Ketemu Happy Asmara?”
“Iya,”
“Demi apa, Sha?”
“Iya, kak Cetta. Dapat akses nih dari temennya bang Bima.”
“Astagaaaaaa.......” dia bahkan sampai loncat-loncat kecil saking excitednya. “Sha aku gugup banget.”
“Hahahahaha, tenang kak, kamu malam ini udah ganteng banget kok.”
Lalu yang ditunggu-tunggu kak Cetta akhirnya muncul. Begitu melihat Happy Asmara berjalan kak Cetta mendadak jadi kaku, gue yang melihat itu nggak bisa menahan tawa.
“Nah, ini mbak yang mau foto. Ngefans banget dia sama mbak.”
“Ooohh, iya tah?” Kak Cetta masih diam saat Happy Asmara berdiri disampingnya. “Namanya siapa, mas?”
“Cetta, mbak. Hehe, keren banget mbak tadi dipanggung.”
Gue geli banget liat kak Cetta yang kikuk begitu, dia bahkan nggak menatap Happy Asmara sama sekali.
“Boleh foto nggak, mbak??” tanya gue karena kak Cetta masih starstruck dan nggak bisa ngomong apa-apa.
“Boleh-boleh.”
Gue lalu mengambil foto kak Cetta dan Happy Asmara. Dengan pose kak Cetta yang canggung, kedua tangannya dia silangkan di depan dan Happy Asmara yang berpose peace. Gue rasanya pengen ketawa banget.
“Makasih ya, mbak.”
“Sama-sama mas Cetta, aku duluan ya.”
Dan detik berikutnya saat Happy Asmara masuk keruang tunggunya kak Cetta langsung memeluk gue erat. Membuat gue ikut tertawa bersama dia.
“ASTAGA, IASHA. Aku habis salam tadi sama dia.”
“Kamu juga foto kak, nih.” gue memberikan hasil polaroid yang gue ambil tadi.
“Ya ampun, dreams come true.”
Dia lalu mengambil hasil polaroid tersebut, dan mengambil dompetnya lalu dia buka. Foto tersebut dia letakkan disebelah foto gue dan kak Cetta yang udah lama bertengger di sana. Sekarang posisi gue jadi setara dengan Happy Asmara, tapi rasanya lucu melihat itu. Bahkan ketika kita dijalan keluar dari backstage kak Cetta masih menatap foto tersebut dengan senyum merekah.
“Kamu seneng banget.”
“Seneng banget banget banget sumpah. Aku nggak nyangka bisa foto sama dia. Makasih ya, sayangku, semua ini berkat kamu.” lalu dia kembali menatap hasil fotonya. “Omaigat, mbak hepi.”
Hubungan gue sama kak Cetta tuh emang selalu ada-ada aja. Tapi dari selalu ada-ada aja itu gue jadi selalu senang dalam hubungan ini.