Closure
Selene tidak tahu harus bagaimana setelah membaca surat yang Prabu berikan.
Terkejut? Tentu saja, ia tidak menyangka Prabu akan menulis surat seperti ini.
Dan saat gadis itu sibuk sendiri dengan pikirannya, ia di buat terkejut dengan seseorang yang kini tengah duduk di sampingnya.
Selene menoleh untuk mendapati Prabu yang tersenyum menatapnya.
Di gelap malam hari ini, Selene masih dapat melihat binar mata Prabu yang menatap kagum Selene. Prabu cukup berbeda sebelumnya, kulitnya lebih gelap dan rambutnya yang saat ini lebih panjang, belum lagi warna rambutnya yang kini berwarna rose gold.
“Hi?” Prabu akhirnya berbicara.
“Kamu kok disini?” tanya Selene heran.
“Iya disini, dari awal kamu baca suratnya. Serius banget sampe gak nyadar.” kata Prabu lalu terkekeh.
Hari ini hari ulang tahun Selene, jadi cewek itu dan keluarganya memutuskan untuk membuat acara kecil yang di datangi oleh teman-teman dekat Selene, sampai Jeremy juga datang.
Ketika gadis itu di beritahu Hendery kalau ia menerima paket, Selene keluar dan mendapati ada satu box bunga mawar putih yang di letakkan diatas ayunan kayu yang berada di halaman rumah kakaknya.
Sampai akhirnya satu pesan masuk dari Prabu dan cowok itu berkata kalau bunga tersebut dari dia.
“Aku daritadi ada di mobil Jeremy.” kata Prabu.
“Katanya kak Jeremy kamu di Bali.”
“Tadinya, tapi kan kamu wisuda, jadinya aku ke Jakarta deh.” jelas Prabu.
Selene terdiam, ia hanya menatap Prabu lalu menari senyum simpul.
“Thank you buat bunga-bunganya.”
“Aku cuma ngirim satu?”
“Gak usah bohong deh, yang waktu sidang sama wisuda itu juga bunga dari kamu kan.”
Perkataan Selene membuat Prabu terkekeh. Cowok itu tidak berbicara banyak sedari tadi, ia hanya sibuk menatap Selene yang ada di hadapannya.
“Aku kemarin ketemu sama Jelena. Inget kan Jelena yang dulu aku ceritain?” tanya Prabu yang mengundang anggukan dari Selene.
Prabu lalu menceritakan semua hal yang mereka bicarakan saat bertemu Jelena. Selene hanya menyimak sambil sesekali bertanya saat ada bagian yang tidak ia mengerti.
“Lega?” tanya Selene begitu Prabu menyudahi ceritanya.
“Lega. Thank to Jeremy yang udah ngebujuk aku buat ketemu Jelena.” Prabu terkekeh.
Selene tertawa kecil mendengar hal itu. Ada keheningan beberapa saat diantara mereka, hanya ada suara motor lalu lalang yang terdengar.
Sampai akhirnya Prabu berdehem dan bicara.
“Dan juga makasih ke Jeremy yang udah buat aku sadar kalau aku lebih butuh kamu di banding waktu sendiri.” katanya. “Can we try again?”
“Are you sure?”
“Absolutely sure. beberapa bulan ini udah cukup Selene buat aku. Aku tahu mungkin kita masih perlu waktu untuk nyembuhin diri sendiri. Tapi bisa gak kalau kita sembuhnya sama-sama? Tanpa harus pisah sama kamu. Jelena benar, i suffered enough and i deserve to be happy. That's why i need you.
Lagi pula aku pikir aku dan kamu udah berdamai sama masa lalu kita. Kamu dengan Javier dan Hera. Aku dengan Jelena. Kita udah hadapin semua yang membuat kita kayak gini.”
Selene masih terdiam sampai akhirnya Prabu dengan tidak sabar meraih tangan gadis itu untuk di genggamnya.
“Selene,”
“Depends.” Selene akhirnya berbicara. “Apa kamu sekarang udah merasa lebih baik atau belum? Aku gak akan kembali ke kamu kalau kamu sendiri masih perlu waktu untuk menata yang dulu pernah berantakan.”
“What can i do to make you trust me?”
“Trust me. That's all what can you do.”
“I will, Selene. With all my heart.”