Distraction

“Dingin?” tanya Aksa.

Brisia terkekeh lalu mengangguk seraya merapatkan jaket yang ia pakai. Padahal ia memakai hoodie di balik jaket yang ia kenakan sekarang.

Sekarang mereka tangah duduk di salah satu bangku di kios langganan Aksa. Cowok itu bilang kios ini adalah langganan Aksa karena menjual soerabi yang sangat enak. Brisia sudah mencoba dan cewek itu mengakui kalau apa yang di katakan Aksa benar, soerabinya enak.

“Sering kesini?” tanya Brisia. Mereka sudah cukup lama berdiam diri dengan pikiran masing-masing di kepala.

“Banget. Tapi biasanya sendiri atau engga sama bang Jevan.”

“Iya, bang Jevan cerita kalau lo pernah ngajak dia kesini.”

Aksa terkekeh lalu melirik Brisia yang terbatuk. Cowok itu lantas mengulurkan boto minum yang berisi teh hangat yang sedari tadi ia pegang.

“Makasih.” kata Brisia lantas langsung menegak teh hangat yang di berikan Aksa.

“Gue suka tempat ini. Di saat lagi waktunya sepi, disini selalu ramai.” kata Aksa membuat Brisia mengedarkan pandangannya.

Memang, untuk ukuran tempat umum, tempat ini sangat ramai. Apalagi mengingat sekarang masih jam tiga pagi.

“Kalau datang kesini bisa jadi distraksi waktu kepala lagi ribut.” Aksa menatap Brisia. “Jam segini, saat waktunya istirahat, kadang kepala malah bekerja maksimal.”

Brisia mengangguk. Cewek itu paham betul apa yang dimaksud Aksa. Karena saat sepi menyerang, terkadang hal-hal yang tidak terpikirkan malah memenuhi kepala.

“Gue sebenernya gak suka tempat ramai. Tapi kadang gue perlu berada di tempat ramai. Cuma buat distraksi.”

“Tapi selain sama abang biasanya kan lo datang sendiri?”

Aksa mengangguk. Cowok itu tidak pernah membawa teman-temannya yang lain ke Pasar Kue Subuh ini, kecuali Jevan. Untuk alasan tertentu, terkadang Aksa tidak begitu menunjukkan dirinya kepada teman-teman terdekatnya.

“Walau duduk sendiri, tapi liat orang lain lalu-lalang aja cukup jadi distraksi buat gue.”

Aksa menatap Brisia lalu tersenyum. “Jadi kalau kepala lo lagi berisik, bilang aja ke gue. Gua tau tempat-tempat yang bisa bikin lo lupa sama ribut yang ada di kepala lo.”