First Encounter
Brisia sedikit terkejut saat mendapati Aksa yang berdiri di pintu masuk dan sedang mengobrol dengan salah satu satpam.
Brisia sendiri tidak pernah bertemu Aksa sebelumnya, karena Aksa kerap kali skip kelas untuk urusan organisasi. Sehingga Brisia berasumsi kalau Aksa merupakan tipe cowok yang berdandan rapi dan suka mengenakan kemeja untuk baju sehari-harinya.
Tapi dilihat sekarang bagaimana cowok itu tengah mengenakan ripped jeans dan baju kaos yang berwarna senada yaitu hitam, Brisia sedikit terkejut.
“Brisia?” tanya Aksa begitu mendapati Brisia hanya diam berdiri memerhatikan Aksa.
Brisia tersenyum simpul lalu mendekat pada Aksa.
“Baru ini ya kita ketemu?” Aksa kembali bertanya dan Brisia hanya menjawab dengan anggukan.
Dari tempat Brisia berdiri, gadis itu bisa mencium wangi parfum Aksa yang menguar.
Aksa mengulurkan tangannya saat Brisia sendiri sibuk dengan pikirannya. Karena tidak kunjung membalas uluran tangan Aksa, cowok itu kembali menarik tangannya dengan senyum kikuk.
“Eh, sorry, Sa. Just out of my zone.” kata Brisia berusaha untuk tidak membuat Aksa salah paham.
“Gak papa.” Aksa lalu menoleh ke satpam yang sebelumnya ia ajak bicara. “Pak Joko, duluan dulu ya.”
“Siap, den. Hati-hati ya, eneng nya di jagain.”
Aksa terkekeh. “Aman pak.”
Ketika cowok itu melangkahkan kakinya lebih dulu keluar dari tower apartemen mereka, Brisia secara refleks langsung mengikuti cowok itu dari belakang.
“Sini, Brisia. Jangan di belakang gue gitu.” kata Aksa yang membuat Brisia langsung mensejajarkan dirinya dengan cowok itu.
Mereka berjalan mungkin selama lima menit tanpa obrolan sama sekali. Sesampainya di tempat makan yang Aksa maksud, cowok itu langsung nyelonong masuk ke arah dapur yang mana membuat Brisia sedikit terheran.
Brisia memilih untuk mencari tempat duduk, tetapi saat baru saja cewek itu mendudukkan dirinya Aksa memanggil Brisia.
“Sini pesen dulu, Brisia.” kata Aksa yang membuat Brisia kembali berdiri menghampiri nya.
Begitu Brisia berdiri di samping Aksa, hal pertama yang ia dengar adalah.
“Widih, Den Aksa udah gak sendiri nih makannya.”
Aksa hanya terkekeh. “Iya, udah ada temennya dong sekarang.” Aksa menolehkan kepalanya kearah Brisia. “Mau pesen apa? Indomie kuah apa goreng? Tapi disini yang paling enak mie nyemek.” kata Aksa.
“Lo pesen apa?” tanya Brisia.
“Mie nyemek.”
“Yaudah gue samain aja.”
Aksa lalu menganggukkan kepalanya. “Jadi mie nyemeknya dua ya, A'. Aku pedes kayak biasa.” Aksa kembali menatap Brisia. “Lo pedes apa biasa?”
“Pedes aja.”
“Brisia juga pedes, A' Jamal.”
A' Jamal yang di maksud Aksa hanya mengangkat jempolnya lalu mulai sibuk menyiapkan bahan untuk pesanan mereka.
Aksa mengajak Brisia untuk duduk di salah satu meja di dekat tempat mereka berdiri tadi.
“Udah kenal lama?”
“Dua tahun, dari maba.”
“Oh, makanya akrab ya?”
Aksa hanya tertawa menanggapi pertanyaan Brisia. Setelah mereka hanya mengobrol ringan, topiknya hanya seputar perkuliahan dan beberapa isu kejahatan yang terjadi belakangan ini.
Sampai akhirnya pesanan mereka datang, mereka berdua tanpa bicara menikmati makanan masing-masing.
“Kalau mau makan enak hubungin gue aja.” kata Aksa setelah mereka selesai menghabiskan makanan masing-masing.
Brisia hanya menatap Aksa dengan penuh tanya.
“Gue tau makanan enak sekitar sini. Siapa tau lo butuh teman makan juga, gue bisa temenin kalau lo ga keberatan.”
Brisia hanya tertawa menanggapi perkataan Aksa. Keduanya kemudian sepakat untuk kembali ke apartemen karena baik Aksa maupun Brisia mengatakan bahwa ada beberapa tugas yang harus di selesaikan.
“Enak kan?” Aksa bertanya begitu mereka sudah di dalam lift.
“Apanya?”
“Mie-nya tadi. Enak kan, Brisia?”
“Oh enak kok, makasih udah nemenin.”
Aksa tersenyum bersamaan dengan denting lift berbunyi yang mana menunjukkan kalau mereka sudah berada di lantai unit Aksa.
“Sama-sama, Brisia.” Aksa melangkah keluar dari lift lalu kembali membalikkan badannya menghadap Brisia. “Makasih juga udah mau diajak makan bareng.”
Brisia hanya tersenyum. Pintu lift lalu terutup. Selama di dalam lift Brisia masih tidak bisa melunturkan senyumnya.
Brisia masih tersenyum karena dia menyadari kalau tidak ada teman-temannya yang memanggil nama dia dengan Brisia sebelumnya. Karena teman-temannya kebanyakan manggil dia dengan Sisi.
Dan satu lagi, Brisia suka bagaimana Aksa berusaha untuk mengakrabkan diri tanpa harus bertanya ini itu soal kehidupan pribadi Brisia.