Jakarta – Bali
Selene kaget bukan main saat melihat nama Prabu muncul di handphone nya.
setelah mengirim pesan yang terkesan sarkas ke Prabu, Prabu memang tidak menjawab apapun sampai kurang lebih satu jam. tapi setelah itu Prabu langsung menelpon Selene.
“halo, you there?” tanya Prabu di ujung sana.
Selene hanya berdehem, tidak berani menjawab karena jujur dia sendiri ketar-ketir di telpon Prabu begini.
*“you okay, Selene?” tanya Prabu lagi karena Selene tidak kunjung bicara apapun.
“i'm okay, kok. om kenapa nelpon?”
Selene bisa mendengar Prabu menghela nafas di seberang sana lalu terdengar suara grasak-grusuk.
“mau omongin soal Agatha sama kamu. soalnya kalau di chat saya rasa nantinya kamu bakal emosi.” jawab Prabu.
Selene masih tidak menjawab, ia hanya menyimak menunggu Prabu untuk menjelaskan apa maksudnya.
“Selene,”
“apa? ngomong aja.”
“okay, soal Agatha gak usah di seriusin. saya gak punya hubungan apapun lagi sama dia, well dulu juga gak punya sih. tapi trust me, there's nothing gonna make you regret if you're stay with me.” Prabu terdiam sejenak.
*“you got it, pretty?” tanya Prabu seketika membuat Selene merinding.
Selene berdehem guna menetralkan tenggorokannya yang seketika terasa cekat saat mendengar Prabu berkata seperti itu.
“tapi kan gak salah ya sama ngomong begitu? i mean, why should i stay with you? i can choose, either stay with you or leave you kan?”
“Selene, we're talk about this setelah saya di Jakarta aja ya? okay? not now, kamu emosi.”
“gak, saya gak emosi. ini saya bingung aja, you have no excuse buat nahan saya. om kan bukan siapa-siapa saya.”
Selene bisa mendengar Prabu menghela nafas lalu berdecak.
sebenarnya Selene tuh bukan tipe yang ribet banget kalau di relationship, tapi sekarang Selene merasa gemas banget sama Prabu soalnya dia tuh terlalu ngawang sama perasaan dia.
Selene gak munafik kok, Selene punya perasaan dikit sama Prabu. Prabu baik, prefect from head to toe, kalau ngomong juga bikin Selene melayang mulu. siapa yang gak suka cowok begitu? Selene yang notabenenya baru putus aja suka.
tapi suka disini bukan dalam artian Selene pengen punya relationship sama Prabu, ya mungkin kalau nanti mereka akan di suatu hubungan Selene gak bakal denial. tapi untuk sekarang kayaknya terlalu cepat.
lagian liat aja si Prabu, nyuruh stay with him tapi alasannya gak jelas.
jadi Selene ini harus stay with him sebagai apa biar dia gak salah kaprah?
“saya pulang besok.”
Selene terbatuk begitu mendengar perkataan Prabu. “om gila ya?”
“habis kamu begitu ke saya. jadi saya pikir ngomong begini pun gak nyelesein masalah kan? jadi saya pulang besok. you said you'll wait for me kan, Selene? that's why i ask you to stay.”
“ya iyasih, yaudah ah males saya ngomong sama om lama-lama.” Selene berdecak sebal.
“okay, now bisa gak kamu berhenti manggil saya om? just Prabu will be nice.”
Selene tidak langsung menjawab. ia menimang apakah harus memanggil Prabu dengan embel-embel om atau tidak.
lagian ya, Prabu kalau diliat dari mukanya tuh gak setua itu sampai harus di panggil om.
“oke, Prabu Aditama. or should i call you Tama instead?”
“no, just Prabu. no Tama or om or Aditama. just Prabu for you, Selene.”
“iye.”
terjadi keheningan diantara mereka beberapa saat. sampai akhirnya Prabu angkat bicara yang mana membuat Selene ingin jungkir balik mendengarnya.
“mom, aku pulang besok ya. my girl mad at me, jadi kayaknya kalau besok aku gak pulang dia bakal ngamuk.”
“kamu punya pacar?”
“belum pacar, but still she's my girl already”
Selene gak sanggup dengarnya, jadi dia langsung matiin sambungan teleponnya.