Keraton Residence

Selene tertawa begitu melihat Prabu keluar dari mobilnya, bersandar di kap mobil menunggu Selene yang baru saja keluar dari kosnya.

“cepet amat.”

“lewat tol, lagian udah jam segini mah tol juga ga padet banget.”

Selene hanya mengangguk lalu masuk kedalam mobil yang sebelumnya pintunya sudah di buka oleh Prabu.

“tiba-tiba banget ke Bali nya? atau udah plan dari lama?” tanya Selene melirik Prabu yang fokus menyetir.

Prabu melirik Selene lalu tersenyum simpul. “Selene, mau di buka gak?”

“hah apanya?” bertanya, sedikit terkejut dengan pertanyaan Prabu yang ambigu.

“ini, mobil saya convertible. mau di buka gak?” Prabu terkekeh geli melihat wajah Selene yang terlihat shock.

“oh, bisa om? coba dong.”

Prabu lalu membuka atap mobilnya, ia lalu melirik Selene yang menatap kagum atap mobil Prabu yang terbuka.

“widih keren, saya kira ini tadi tuh mobil sedan biasa.”

“memang sedan biasa aja.”

“mana ada, bohong banget.”

Prabu tertawa, ia lalu memelankan mobilnya guna menikmati semilir angin.

“mau pakai topi?” tanya Prabu saat melihat rambut Selene yang berantakan di karenakan angin.

“gak, lebih kece begini gak sih? berasa main character di film-film New York gitu.”

Prabu hanya tertawa lalu kembali melajukan mobilnya membuat Selene sedikit memekik. kebetulan tol malam ini sedikit lenggang, membuat perjalanan mereka berdua hanya memakan waktu sebentar.

Mereka akhirnya sampai di basemen Keraton Residence. Selene langsung merapikan rambutnya yang udah berasa gimbal banget. Prabu yang melihat itu hanya tertawa lalu menyodorkan sisir yang memang selalu ada di mobilnya.

“sisirnya Hera ya? ogah saya pake.”

Prabu lalu menarik sisir yang ia sodorkan ke Selene tadi lalu menggantinya dengan topi milik Prabu.

“yaudah pakai topi saya aja nih. nanti di benerin di unit aja rambut kamu.”

keduanya lalu memasuki apartemen, keduanya menunggu di depan lift. Selene sibuk menutupi rambutnya dengan topi milik Prabu, sedangkan Prabu sibuk dengan handphonenya.

“Om masih suka kontakan sama Hera?” tanya Selene sedikit melirik ke handphone yang di pegang Prabu.

Prabu lalu memperlihatkan handphonenya kepada Selene.

“udah gak pernah. ini Jeremy yang chat saya.”

“oh si kak Jeremy.” Selene nyengir. “dia tinggal disini juga om?”

“iya, beda lantai.”

Bertepatan Prabu menjawab, pintu lift juga terbuka. keduanya lalu masuk dan Prabu langsung memencet tombol lantai enam belas dimana unit apartemen Prabu berada.

“by the way Selene, kamu kenapa manggil Jeremy kak?”

“kan lebih tua.”

“saya sama Jeremy seumuran. terus kenapa saya di panggilnya om?”

Selene nyengir. “abis vibesnya kak Jeremy tuh masih kayak anak muda. terus vibesnya om tuh.” Selene menatap Prabu dari ujung kepala sampai kaki.

“kenapa emang vibes saya?”

“ya kayak om-om.”

Prabu mendengus sebal. ia lalu melangkah keluar dari lift saat pintu lift terbuka. Selene hanya mengekor Prabu dari belakang.

“nih unit saya.” kata Prabu lalu menempelkan access card-nya.

“kece ya ni apartemen.”

“biasa aja.”

Selene hanya mendengus sebal dan tidak menjawab, memilih untuk mengekor Prabu yang lebih dulu masuk ke unit apartemennya.

“OM.”

Prabu langsung membalikkan tubuhnya mendengar Selene memekik kaget.

“apa? kenapa, Sel?”

“INI APARTEMEN SEGINI GEDE BENERAN TINGGAL SENDIRI?”

“ya Tuhan, saya kira apaan.” Prabu menghela nafas. “iya sendiri. sebenarnya saya sebelumnya gak tinggal disini.”

“terus dimana?” tanya Selene lalu mendudukkan dirinya di salah satu sofa milik Prabu.

“di Anandamaya. terus karena kata Jeremy disini lebih oke, saya pindah deh kesini.”

“ya no wonder sih, emang apartemen yang ini kece banget.” jawab Selene.

“yaudah ayo sini.” Prabu menarik tangan Selene untuk berdiri.

“ih kemana?”

“katanya mau bantuin packing. gimana sih?”

Selene lalu berdiri mengikuti Prabu dengan malas-malasan. Begitu sampai di walk-in-closet nya Prabu, Selene hanya menggeleng kepala.

“paan dah isinya baju mau layat semua.” Selene berdecak sebal.

“yang ini gak hitam.” Prabu membuka salah satu lemarinya yang berisi baju lebih colorful.

“tapi om tuh ke Bali gak buat kerja kan?” tanya Selene sambil melihat-lihat baju yang berada di lemari Prabu. “apa nih bajunya Prada, Gucci, sama LV semua. yang H&M gak ada?”

“ini tuh kunjungan mandatory aja ke orang tua saya. saya jarang beli baju di H&M, not my taste.” jawab Prabu.

Selagi Selene menyiapkan baju milik Prabu, Prabu juga menyiapkan beberapa printilan yang ingin ia bawa. seperti dasi, sepatu, jam tangan, sandal, topi, dan kacamata.

“lain kali kalau kamu mau ikut gak papa kok, Sel.”

“dih ngapain banget saya ikut. ” Selene lalu memberikan beberapa baju ke Prabu. “dikit aja, om pasti belanja disana.”

“kok tau?”

“keliatan, dari gimana baju-baju om yang mostly masih aja price tag-nya.” jawab Selene sembari menyodorkan baju Prabu yang memang masih baru.

“okay.” Prabu lalu membawa semua baju yang telah Selene pilih ke ruang tengah.

“kamu mau apa?” tanya Prabu begitu mereka berdua telah duduk di ruang tengah.

saat ini Selene sedang melipat baju Prabu dan memasukkan kedalam koper.

“apanya?”

“saya kan ke Bali. pulangnya kamu mau dibawain apa?” tanya Prabu.

“gak usah, emang saya siapa minta dibawain ini itu.” jawab Selene.

“kamu Selene. udah gak papa, mau minta apa?”

“apa aja deh.”

“okay beneran apa aja ya.”

Selene hanya mengangguk. terjadi keheningan diantara keduanya beberapa menit sampai akhirnya Selene angkat bicara lagi.

“saya putus sama Javier.”

“oh wow, really?”

“iya.” Selene lalu memberikan kopernya ke Prabu untuk di resleting oleh Prabu.

“good for you, Selene. kamu bisa dapat yang lebih better dari dia.”

“iya, makanya saya kayaknya mau download tinder deh.”

Prabu langsung menghentikan aktivitasnya begitu mendengar perkataan Selene.

“what? you must be joking.”

“enggak lah, daripada galau mending saya cari cowok baru.”

“kan saya cowok, Selene.”

“YA MASA SAYA SAMA OM PRABU?”

Prabu terkekeh lalu menyingkirkan koper yang membatasi antara Selene dan dirinya.

“ya emang kenapa? udah deh, daripada kamu download tinder yang gak jelas gitu mending kamu tunggu saya pulang dari Bali.”

Selene tidak menjawab apapun, ia sibuk menilik wajah Prabu. takutnya Prabu sekarang lagi bercanda, soalnya Selene jadi agak geer dikit.

“Selene,” Prabu meraih tangan Selene. “besok kan saya flight sore. daripada saya bolak-balik jemput kamu, mending kamu nginap disini malam ini.”

Selene masih tidak menjawab. kali ini cukup kaget karena posisi Prabu begitu dekat dengannya.

“mau gak? malam ini aja. kamar saya kosong dua kok.”