lowkey

dalam hitungan menit sekre kini di penuhi dengan orang. tadinya hanya ada Deverra dan Jelena, lalu muncul Yasa dan di susul yang lain.

hari ini rencananya mereka mau membahas perihal malam inagurasi yang akan di adakan seminggu lagi. makanya pihak BEM lagi sibuk-sibuknya menyiapkan ini, apalagi yang panitia inti.

“mana proposal?” Jelena menadahkan tangannya meminta proposal yang sebelumnya di urus oleh Adara selalu sekretaris.

“udah beres tinggal tanda tangan Dev sama dekan.” ucap Adara lalu memberikan proposal yang sedari tadi ia pegang.

“apa lagi yang perlu di bahas?” kini Deverra yang angkat bicara.

Malvin yang duduk di sudut ruangan langsung mengangkat tangannya. setelah dapat persetujuan dari Deverra, Malvin baru berbicara.

“panitia wajib nginep gak?”

“yang inti wajib, dekdok juga wajib. sebenernya kalau dilihat ya panitia emang harus stand by, tapi kalau ada yang berhalangan nginep bisa koordinasi dulu.” ucap Yasa selaku ketua pelaksana.

“nginep tapi bawa pacar boleh gak?” tanya Deverra yang mengundang cubitan di perutnya dari Jelena.

“kebiasaan deh Dipi.” geram Jelena.

Deverra hanya terkekeh. Darrel yang sedari tadi memperhatikan keduanya langsung berdehem karena mereka sudah mulai asik sendiri.

“kayak punya pacar aja, Dev.” ucap Darrel.

Deverra menggaruk kepalanya canggung. “iya sih, gak punya.”

“hoax banget anjir.” Valerie langsung menyahuti dengan ketus.

sebenarnya dahulu Valerie dan Deverra sempat mempunyai hubungan yang di anggap Valerie itu spesial. bagaimana tidak, Deverra antar jemput Valerie iya, hang out berdua waktu weekend iya, terus udah sampai ke tahap dimana Valerie dan Deverra udah pakai bahasa aku-kamu.

tetapi Deverra tidak kunjung memberikan pergerakan yang lebih, mereka berdua hanya berjalan di tempat. dan dalam beberapa kesempatan Valerie sempat memergoki Deverra sedang jalan dengan cewek lain.

“yaelah, masih aja sinisnya.” ucap Aksa dengan nada tengil.

sudah jadi rahasia umum kalau Valerie masih nyimpan dendam pribadi ke Deverra karena masa lalu mereka.

sedangkan Deverra sendiri ya santai aja, tapi kadang dia suka gak enak kalau anak-anak BEM mulai menggoda mereka berdua dan menyeret Jelena kedalamnya.

kayak sekarang, Joshua mulai menggoda Jelena yang sedari tadi hanya terdiam.

“udah, Jejenya udah diem aja tuh.” goda Joshua.

“apaan sih, Jo.” bela Deverra karena ia tahu kalau Jelena tidak akan nyaman di goda seperti itu.

setelah selesai rapat beberapa dari mereka ada yang pulang dan ada yang tinggal seperti Malvin, Valerie, Deverra, Jelena, dan Joshua yang masih betah menetap di sekre.

semuanya sibuk sendiri, sampai akhirnya ada dua alarm dari handphone yang berbeda berbunyi. yaitu handphone Deverra dan Jelena.

ketika alarm itu berbunyi cowok itu langsung mendekat kearah Jelena yang kini sudah sibuk berkutat pada handphonenya.

“jadinya mau yang mana?” tanya Dev.

“ini, ini, sama ini. tapi ntar di elu tambah yang ini ya? tangan lu kan wangi.” jelas Jelena.

Deverra tersenyum simpul. “aman aja, serahkan sama gua.”

Joshua yang sedari tadi memerhatikan keduanya cukup kebingungan, ia lalu mendekat pada Valerie dan bertanya pada gadis itu.

“ngapain mereka?”

“Dev lagi bantuin Jeje war di thrift shop.” jawab Valerie.

“emang war apa?”

“kemaren sih katanya skirt, sama baseball jacket.”

“emang Dev udah biasa bantuin Jelena?”

Valerie mengernyit lalu menatap Joshua heran. “Dev gak ada cerita sama lu?”

“cerita apaan?” Joshua balik bertanya.

“si Dev udah kayak jadi jastip war thrift khususnya Jelena.” jawab Valerie. “temen lu itu, gatau deh ngapain mereka. di bilang temen tingkahnya bukan kayak temen, di bilang lagi pdktan juga enggak, pacaran apalagi.”

Joshua tertawa. “emang gak ada yang tau. Dev aja gak tau kalau di tanya.”

“Jelena malah ngelak mulu kalau ditanya.” Valerie menimpali. “katanya wajar aja presma sama wapresma kan harus deket.”

“alibi,” Joshua berdecih.