One Call Away
Giandra mengatur nafasnya sebelum masuk ke toilet perempuan. Sebenarnya agak deg-degan, takut di sangka mesum atau gimana, tapi ya bodo amat Kayana lagi perlu dia.
Sebelum dia masuk, ada adik tingkat yang baru keluar dari toilet. Melihat wajahnya yang terkejut Giandra hanya bisa nyengir lebar.
“Ini toilet cewek, bang Gian.” kata adik tingkatnya yang Giandra gak tau siapa.
“Tau kok,” jawabnya masih nyengir. “Ada Kayana gak di dalam?”
“Kayana siapa?”
“Lo sendirian di dalam apa gimana?”
“Iya, bang.”
Giandra lalu tersenyum dan kembali melangkahkan kakinya masuk ke dalam toilet. Adik tingkatnya tidak ambil pusing dan pergi begitu saja.
“Kay,” Gema dari suara Giandra membuat Kayana yang berada di salah satu bilik toilet jadi tersentak.
“Ngapain lo?” tanya Kayana yang masih di dalam bilik toilet.
“Nih, gue bawain pembalut. Athena gak bisa datang, anaknya sibuk.”
Giandra tersenyum begitu melihat salah satu pintu bilik toilet terbuka dan Kayana menyembulkan kepalanya.
“Nih,” kata Giandra lalu menyodorkan pembalut yang tadi ia minta ke Alora.
Cewek itu bertanya-tanya, Giandra tahu darimana kalau ia butuh pembalut. Tetapi Kayana tidak ambil pusing dan langsung menerima pembalut yang di berikan Giandra lalu memakainya. Butuh sekitar sepuluh menit untuk cewek itu keluar dari bilik toilet. Ia mendelik saat melihat Giandra dengan santai malah bersandar di tembok toilet.
“Kok masih disini?” tanya Kayana.
“Emang kenapa?”
Giandra sedikit heran saat cewek itu tidak bergerak sama sekali. Ia mendekati Kayana yang malah membuat cewek itu melangkah mundur.
“Kenapa? Ada yang sakit?”
“Gak papa.”
Giandra lalu menatap cewek yang berdiri di hadapannya dari atas sampai bawah, mencari tahu apa yang salah dari cewek itu. Ketika Giandra akhirnya sadar saat Kayana dengan tidak nyaman kembali bersandar pada pintu bilik toilet, Giandra langsung melepas kemeja yang ia pakai dan menyisakan kaos putih polos yang melekat pada tubuhnya.
Cowok itu mengikat kemejanya di pinggang Kayana. Awalnya Kayana terkejut, tetapi ia menghela nafas saat Giandra kembali menjauhkan dirinya.
“Thanks.” Cewek itu lalu berjalan kearah westafel dan mencuci tangannya.
“Lo tuh ya, harusnya punya stock at least satu biji pembalut di dalam tas. Biar kalau begini tiba-tiba tuh gak panik.” kata Giandra ikut bergabung mencuci tangannya di westafel.
“Pengalaman banget soal begini.” jawab Kayana. “Sering ya lo bawain pembalut buat cewek.”
Giandra mendecak sebal. “Bukan pengalaman, setahu gue emang harusnya gitu. Soalnya almarhum mama juga selalu begitu.”
Kayana tidak menjawab, cewek itu sedikit tertegun mendengar jawaban dari Giandra.
Tanpa banyak bicara, Kayana berjalan keluar dari toilet yang langsung di ikuti oleh Giandra.
“Tadi minta siapa pembalutnya?” tanya Kayana saat Giandra berjalan beriringan di sampingnya.
“Alora. Untung aja bocahnya punya. Kalau gak punya kelamaan ntar gue ke indomaret dulu.” jawab Giandra.
“Gak malu apa?”
“Apanya?”
“Minta pembalut sama kak Al.”
“Not at all. Lagian walau gue ga pake pembalut bukan berarti gue gak boleh megang atau beli pembalut kan?”
Ada satu titik di dalam diri Kayana berkata kalau dirinya mungkin masih tertarik dengan Giandra setelah mendengar apa yang cowok itu katakan. Tetapi perasaan itu langsung ia tepis.
Giandra memang begitu dari dulu. Entah memang didikan dari orang tuanya yang berhasil, atau memang Giandra tahu bagaimana cara memenangkan perhatian perempuan melalu tingkah laku dan kata-katanya.
“Siapa tau malu.” kata Kayana.
“Gak lah, lagian apa yang bikin malu dari cowok yang beli pembalut?”
“Tapi lo kan minta.”
Giandra tertawa. “Incase suatu saat nanti, kalau ada kesempatan lo minta tolong gue buat beli pembalut, gue ga bakal mikir dua kali untuk beliin kalau lo emang butuh.”
Giandra yang beberapa langkah di depan Kayana berhenti berjalan, membuat Kayana ikut berhenti dan menatap cowok itu.
“Jadi, Kay, apapun urgensinya kalau lo butuh bantuan gue, gue bisa kok jadi one call away lo. Masih bisa kayak dulu yang lo selalu lakuin waktu kita SMA.”
Cowok itu tersenyum lalu kembali melangkah meninggalkan Kayana yang masih tertegun.
Kali ini tidak bisa Kayana tepis, rasa tertarik untuk Giandra ternyata memang masih ada.