Play The Game

“selene,” Prabu menarik ujung baju Selene.

Selene sebenarnya tuh pengen ketawa kenceng banget kalau Prabu begini. tapi gimana ya ini kan ceritanya Selene lagi jual mahal.

“apa dah narik-narik baju?” jawab Selene dengan nada sebal yang di buat-buat. “mending duduk dah sana. ini saya nyiapin makanannya jadi ribet.”

Prabu hanya menghela nafas lalu berjalan dengan gontai menuju ruang santai.

mungkin lima menit kemudian baru Selene memanggil Prabu untuk segera ke dapur karena makanannya sudah siap. Prabu langsung saja berjalan dengan cepat menuju dapur, yang mana hal ini membuat tawa Selene pecah.

“ini beneran kamu masak sendiri?” Prabu terkesiap saat melihat apa yang tersaji di meja makannya.

“iya lah, oh ya ini.” Selene menyodorkan udang asam manis ke hadapan Prabu. “since terakhir kita makan seafood om keliatan suka banget ini, jadi saya recook deh.”

Prabu tersenyum lalu duduk di kursinya. sebelumnya Selene sudah menyiapkan nasi di piring Prabu jadi Prabu tinggal makan dan ambil lauknya saja.

mata Prabu membulat begitu ia menyuapkan suapan pertamanya. “shit, are you being serious right now, Selene? ini enak banget.”

Selene hanya tertawa kecil. “glad you like it. yaudah lanjutin makan.”

“kamu gak makan?”

“udah.”

Prabu tidak menjawab lagi setelah itu, ia sibuk dengan makanannya. sampai akhirnya lima belas menit kemudian Prabu telah usai dengan makannya dan kini mereka berdua tengah duduk di ruang santai menonton televisi.

“lancar skripsinya?” tanya Prabu memecah keheningan.

“ya gitu deh pokoknya.”

terjadi keheningan lagi beberapa saat sampai akhirnya Selene merasakan Prabu bergerak mendekat kearahnya.

“okay, we need to talk now.” kata Prabu. “kamu kemarin beneran gak marah ke saya kan?”

“menurut om saya keliatannya lagi marah apa engga tuh kemaren?” Selene malah balik bertanya.

Prabu menghela nafas, he chuckled and move closer to Selene. Selene doesn't know what should she do when Prabu start making an abstract patterns on Selene's hand.

“selene,” he said. “selene.”

“apasih om? aku dengar.”

“gak papa, cantik aja nama kamu.”

Selene tertawa. “kayak orangnya gak?”

“yes, you don't need to ask.”

keduanya kemudian terdiam, masih dalam mata yang bertatapan. Prabu lalu tersenyum saat Selene mengalihkan wajahnya dan berdehem.

“you stay tonight.”

“hah?”

“kamu nginep Selene malam ini.” Prabu menopang kepalanya dengan tangan lalu menatap Selene masih dengan senyum di wajahnya. “udah jam segini mau pulang juga nanggung kan?”

mendengar perkataan Prabu, Selene langsung menyalakan handphonenya. dan betul saja jam sekarang menunjukkan pukul satu malam.

“gak ah, saya di jemput kok.”

Prabu langsung menegakkan badannya, menatap Selene dengan kerutan di keningnya.

“sama siapa?”

“sama Ekal, temen kampus saya.” Handphone Selene berbunyi setelahnya. “eh ini dia udah di bawah. saya pulang ya om.”

Selene langsung berdiri dan bersiap-siap meninggalkan Prabu yang masih bengong karena tidak mengerti situasi ini.

saat Selene berada di ambang pintu unit apartemen barulah Prabu sadar.

“what the fuck, Selene? are you being serious right now?”

“ih iyalah. lagian mau pulang sama siapa saya kalau gak sama Ekal?” Selene lalu membuka pintu unit apartemen Prabu. “dadah om, saya pulang ya.”

Selene berjalan menjauh dengan senyum kemenangan di wajahnya.

“two can play that game, Prabu.” Selene bermonolog saat berada di lift

Selene masih sempat mendengar suara Prabu yang menggema memanggil namanya tadi sebelum Selene masuk kedalam lift.