That's How It's Supposed to Work
Hari ini merupakan hari terakhir sebelum acara berakhir. Acara di tutup dengan makan-makan bersama dan juga memainkan beberapa games.
Giandra yang sedari awal acara sibuk, kini bisa menghembuskan nafasnya lega. Cowok itu ikut duduk bergabung dengan Rayden, Julian, dan yang lainnya yang sedang bermain uno.
“Kusut banget muka lo.” tegur Amar begitu ia melihat Giandra.
“Kurang tidur,” jawab Giandra lalu mengusap wajahnya. Cowok itu lalu tersenyum. “Angkatan lima belas sama empat belas jadi mau datang?”
Amar lalu melihat jam yang berada di pergelangan tangannya sebelum menjawab. Jam menunjukkan pukul tujuh saat ini.
“Katanya bakal sampe jam delapan.”
“Ada yang lo kenal emang?” tanya Julian.
Giandra menggeleng, cowok itu lalu berdiri, berniat untuk mencari keberadaan Kayana. Selama tiga hari acara, Giandra tidak memiliki kesempatan untuk mengobrol dengan cewek itu.
Di hari pertama acara, Giandra sempat mendengar bahwa Kayana dan kelompoknya menjadi bahan pujian dari teman-temannya karena ketangkasan mereka. Cowok itu hanya tersenyum bangga mendengarnya karena Kayana merupakan ketua kelompok.
Di hari kedua, Giandra sempat bertemu Kayana tapi dalam keadaan dimana ia harus memberikan penjelasan selaku kepala departemen dari humas.
Dan sekarang, karena acara sudah selesai dan tidak ada lagi rangkaian senioritas yang membuat Giandra harus menjadi seorang yang wibawa, cowok itu mencari Kayana.
Giandra akhirnya mendapati Kayana yang sedang duduk di salah satu ayunan kayu dengan buku di tangannya.
“Udah makan?”
Dapat di lihat cewek itu terkejut dengan kedatangan Giandra yang tiba-tiba.
“Ngagetin.” ucap Kayana lalu mengusap dadanya
Giandra menyengir. “Sorry,” Cowok itu lalu bergabung duduk di samping Kayana. “Udah makan belum?” tanya Giandra sekali lagi.
“Ya belum lah tolol, katanya mau nunggu alumni dulu baru mulai makan-makan bareng.”
Cowok itu hanya terkekeh pelan mendengar jawaban Kayana. Ia lalu mendekat pada Kayana untuk melihat lebih jelas buku yang cewek itu baca.
“Malibu Rising?” tanya Giandra karena merasa familiar dengan salah satu percakapan yang sekilas ia baca.
“Udah pernah baca?” tanya Kayana.
Giandra mengangguk lalu bersandar pada ayunan dengan kedua tangannya yang menyilang di depan dada.
“The good thing about getting dumped by a dickhead is that you don’t have to deal with the dickhead anymore. At least, that’s how it’s supposed to work.” kata Giandra membuat Kayana menoleh.
Giandra yang matanya sedari tadi berpindah barang sedetik pun dari Kayana tersenyum simpul.
“My favorite line from those book.” Kata Giandra menunjuk buku yang sudah tertutup dan kini berada di pangkuan Kayana.
“At least, that's how it's supposed to work.” kata Kayana mengulang kalimat akhir yang sebelumnya Giandra sebutkan.
Tadinya Giandra ingin berbicara, tetapi Rayden datang dan menginstrupsi mereka. Cowok itu menyuruh Giandra untuk ikut membantu menyiapkan segala makanan yang perlu di siapkan karena katanya para alumni sebentar lagi akan datang.
“Ah ganggu aja lo.” Kata Giandra yang mana membuat Rayden tertawa.
Cowok itu lalu menatap Kayana kembali saat Rayden sudah tidak terlihat. “Di sini aja, nanti kalau udah beres gue jemput.”
“Kok gitu?”
“Oh lo mau ikut? Sekarang udah gak mau pisah nih dari gue?”
Kayana berdecak sebal. “Dih, udah sana pergi.”
Giandra tertawa, ia lalu pergi dari sana meninggalkan Kayana yang kembali sibuk dengan bukunya.
#WowFakta, Giandra paling senang kalau jailin Kayana terus dari mulut dia keluar 'Dih' itu kayak jadi kepuasan sendiri buat dia.
Cowok itu lalu segera bergabung dengan temannya yang lain dan membantu menyiapkan makanan.
Saat Giandra sibuk membakar daging, ada suara bising dari gerbang utama. Cowok itu menoleh dan mendapati para alumni telah datang. Amar selaku ketua himpunan tahun ini, segera berlari untuk menyambut mereka.
Julian yang notabenenya adalah wakil ketua himpunan juga ikut menyambut. Sebenarnya ada beberapa yang Giandra kenal di angkatan empat belas dan lima belas, tetapi karena cowok itu sedang malas untuk berbasa-basi, ia memutuskan untuk tetap membakar daging.
Tetapi mata cowok itu tidak bisa berpaling dari satu orang yang sedang mengobrol dengan Julian. Dari perawakan hingga wajahnya membuat Giandra berpikir karena merasa familiar.
“Gua boleh keliling dulu gak?” tanya cowok yang sedang mengobrol dengan Julian.
“Boleh, bang. Tapi sorry banget gue gak bisa nganter, banyak yang belum beres.” jawab Julian.
Cowok itu mengangguk lalu berlalu meninggalkan Julian. Saat cowok itu melewati Giandra mereka sempat bersitatap tetapi sepersekian detik kemudian cowok itu kembali berjalan.
“Siapa?” tanya Giandra begitu Julian bergabung bersamanya.
“Ketua angkatan lima belas. Gak tau lo?”
“Gak tau, siapa emang namanya?”
“Bara.”
Giandra terdiam sesaat, cowok itu mengernyit lalu kembali bertanya. “Baskara Putra?”
“Nah itu tau. Kenal?”
Giandra menganggkat bahunya. “Cuma tau nama.” jawab cowok itu lalu kembali sibuk dengan bakarannya.
Butuh waktu sekitar tiga puluh menit untuk menyiapkan semua makanan. Giandra yang sedari tadi kebagian tugas membakar dan juga terkadang icip-icip menjadi kenyang dan mengantuk, apalagi di tambah udara dingin Puncak.
Cowok itu lalu duduk di samping Alora yang sedang sibuk dengan handphonennya.
“Bau sangit lo.” kata Alora sedikit menjauhkan badannya membuat Giandra tertawa.
“Ya menurut lo aja, gue bakar daging segitu banyak apa gak bau asap banget.”
Cowok itu lalu mengistirahatkan kepalanya pada dinding yang berada di belakangnya. Ia lalu mengeluarkan satu batang rokok dan menyalakan benda tersebut.
“Kayana pacaran sama alumni ya?” tanya Alora mengundang tatapan tanya dari Giandra.
Giandra menghembuskan asap rokoknya sebelum bertanya. “Kok nanya gitu?”
“Tadi liat dia lagi di tarik ke ruang tengah sama bang Bara.” Alora menatap Giandra. “Lo tau bang Bara gak? Kok bisa kenal sama Kayana?”
Belum sempat Giandra menjawab Rayden kembali menginstrupsi mereka. Kali ini wajah cowok itu terlihat cemas saat berada di hadapan Giandra.
“Yan,” Cowok itu mengatur nafasnya. “Tadi gue liat Kayana sama Bara, gue gak tau hubungan mereka apaan. Tapi kayaknya lo harus datengin mereka, soalnya Bara lagi berdua di kamar utama villa terus kamarnya di kunci.”
Ucapan Rayden tersebut membuat Giandra langsung berdiri, cowok itu menginjak rokoknya yang bahkan masih utuh dan berlari menuju villa utama.
“Susulin.” kata Alora kepada Rayden.
“Dia jago gebuk orang.”
“Justru itu, takutnya nanti Bara mati. Lo kayak gak tau aja temen lo kalau ngamuk gimana.”
Rayden sedikit terperangah, ia lalu segera berlari menyusul Giandra. Memang, terakhir kali Giandra tersulut emosinya dan membuat dia memakai kekerasan, lawannya berakhir masuk ke UGD.