Under The Rain

Giandra membunyikan klakson mobilnya begitu ia melihat Kayana yang berdiri di selasar fakultas hukum. Cewek itu berjengkit kaget, tetapi saat Giandra menurunkan kaca mobilnya, ia malah melengos membuang muka.

“Masuk cepet, hujannya makin deres.” Teriak Giandra dari dalam mobil karena suaranya teredam oleh derasnya hujan.

Giandra keluar dari mobil dan berlari menghampiri Kayana karena cewek itu tidak kunjung masuk. Begitu cowok itu berdiri di samping Kayana, ia mengeluarkan handphonennya lalu ia tunjukkan pada Kayana.

Kayana membaca layar handphone yang menampilkan chat Giandra dengan papa nya, yang mana isi percakapan itu adalah ternyata Gathra sudah berada di rumah dari lima belas menit yang lalu. Kayana menghela nafas, cewek itu lalu melangkah tetapi langsung ditahan oleh Giandra.

“Mau pulang naik apa? Hujan, Kay.” kata Giandra.

Memang sedari tadi siang langit sangat gelap dan saat sore hari hujan turun dengan derasnya, bahkan di ikuti oleh beberapa petir.

“Naik gocar.”

“Sama gua aja.”

“Gua mau pulang ke Senayan.”

“Yaudah, gue juga mau balik ke rumah Senayan. Searah kan?”

Kayana menghela nafas, cewek itu akhirnya mengalah dan masuk kedalam mobil Giandra. Lagipula mungkin akan susah untuk mendapatkan gocar di jam segini apalagi cuacanya sedang tidak baik. Jadi bersama Giandra mungkin ide yang bagus, atau mungkin juga tidak.

Giandra lantas mengecilkan AC mobil saat dilihat Kaya mengeratkan jaketnya.

Bau mobil Giandra sedikit berbeda dengan Gathra. Mobil Gathra di dominasi oleh bau kopi karena pewangi yang cowok itu gunakan. Sedangkan bau mobil Giandra di dominasi oleh bau tembakau serta parfum yang mungkin cowok itu pakai. Mobil Giandra rapi, tidak seperti Gathra yang mobilnya berantakan di bagian kursi penumpang.

Kayana terkekeh saat mendengar musik yang Giandra putar.

“Jangan hina selera musik gue.” kata Giandra saat cowok itu menyadari bahwa Kayana tertawa.

“Gue gak bilang apa-apa dari tadi?”

“Lo ketawa barusan.”

Musik yang Giandra putar adalah How Deep is Your Love milik Bee Gees. Cowok itu memang menyukai musik-musik yang sudah berumur.

“Gathra jangan di andelin.” kata Giandra membuat Kayana yang sedari tadi menatap kearah luar jendela mobil berganti menatap cowok itu heran.

Hari ini Giandra menggunakan hoodie yang juga di lapisi oleh jaket denim. Mungkin karena sudah tahu bahwa akan turun hujan, cowok itu jadi memakai baju berlapis. Tetapi anehnya cowok itu memakai celana pendek yang hanya sepanjang lutut saja.

“Di bukan orang yang bisa lo jadiin one call away saat lo butuh.” sambung cowok itu.

“Bukan urusan lo.” kata Kayana.

Giandra tidak menjawab apapun. Sampai saat mereka masuk ke jalan tol, tiba-tiba mobil terasa oleng yang mana membuat Giandra langsung menghentikan mobil tersebut sebelum terjadi kejadian yang tidak mengenakkan.

“Kenapa?” tanya Kayana dengan wajah khawatirnya.

“Lo gak papa?” Giandra malah balik bertanya. “Kayaknya ban nya bocor. Gue periksa dulu.”

Kayana baru saja ingin berbicara tetapi Giandra sudah langsung keluar dari mobil. Cowok itu memeriksa keempat ban mobilnya di bawah guyuran hujan yang deras. Mungkin ada setelah lima menit kemudian Giandra lalu mengetuk jendela mobil Kayana. Cewek itu lalu menurunkan jendela mobilnya setengah.

“Ban belakang bocor, Kay.” ujar Giandra sedikit berteriak. “Lo di mobil aja, gue mau ganti ban dulu. Jangan keluar ya, ujannya gede banget.”

“Lo gak ada payung?”

Giandra menggeleng pelan. “Gak ada, udah tunggu aja, bentar juga selesai.”

Lagi-lagi saat Kayana ingin berbicara, cowok itu sudah berjalan kearah belakang mobil dan membuka bagasi. Giandra lalu menurunkan ban cadangan yang selalu tersedia dan beberapa peralatan untuk mengganti ban.

Kayana hanya menatap lewat kaca spion dengan seksama, derasnya hujan membuat Giandra basah kuyup. Cowok itu sedikit kesusahan karena derasnya hujan yang menghalangi pandangannya. Kayana ingin turun tetapi ia mengurungkan niatnya, karena ia sendiri tidak bisa membantu apapun.

Setelah setengah jam Giandra berkutat dengan ban mobilnya, akhirnya cowok itu selesai. Kayana terkejut saat ia melihat Giandra membuka seluruh atasan yang ia kenakan dan hanya menyisakan celana pendek basah berwarna krem yang ia pakai.

Cowok itu lalu kembali duduk di kursi kemudi. Kayana hanya bisa membuang muka saat mendapati Giandra yang sekarang bertelanjang dada.

“Bisa minta tolong ambilin tas gue gak?” tanya Giandra.

Kayan berdehem sebelum menjawab. “Dimana?” Kayana balik bertanya tanpa menatap Giandra sama sekali.

“Tuh di bawah kaki lo.”

Kayana segera mengambil tas ransel hitam yang berada dekat dengan kakinya. Ia langsung memberikan tas itu kepada Giandra, tanpa menatap cowok itu sama sekali. Giandra terkekeh melihat tingkah Kayana.

“Udah.” ucap cowok itu.

“Apanya?”

“Gue udah pake baju.” Giandra terkekeh. “Gak usah salting begitu.”

Mendengar itu Kayana sedikit mencuri pandang untuk memastikan yang di katakan Giandra benar. Saat mengetahui ternyata benar Giandra sudah memakai kaos yang berwarna putih polos, Kayana menghela nafas lalu bersandar pada kursi penumpang.

“Lo ngapain sih hujan-hujanan gitu?” tanya Kayana sewot.

“Ya masa mau di biarin aja ban mobilnya bocor. Nanti kalau di paksa jalan terus di jalan kita kenapa-napa gimana?”

Kayana tidak menjawab, ia hanya membuang muka menatap kearah jendela.

Giandra lalu kembali menjalankan mobilnya, kali ini dengan kecepatan yang rendah karena hujan semakin deras dan jarak pandangnya semakin pendek.

Giandra melirik Kayana yang saat ini sedang melepaskan jaket yang ia kenakan dan hanya menyisakan sweater yang cewek itu pakai. Jaket tersebut cewek itu letakkan di pangkuannya, dapat di lihat Kayana juga beberapa kali mencuri pandang pada Giandra.

“Nih,” Kayana menyodorkan jaket miliknya. “Pakai, ntar masuk angin.”

Giandra menoleh sesaat untuk melihat ekspresi Kayana. Tetapi cewek itu hanya berekspresi datar dengan pandangan yang lurus kedepan.

“Perhatian amat.” Giandra mengambil jaket yang Kayana berikan. Kebetulan cowok itu juga merasa kedinginan.

“Gak usah geer. Kalau lo mati nanti ngerepotin banyak orang.”

Giandra tidak menjawab apapun, ia hanya tersenyum dan semakin memelankan mobil yang ia kendarai. Rasanya tidak ingin cepat sampai di tempat tujuan.