Who Are You When Nobody's Watching

Kayana sudah berdiri selama lima belas menit di depan unit apartemen Giandra. Cewek itu masih berusaha memencet bel tetapi Giandra tidak kunjung membukakan pintu.

Giandra memang memberikan kode unit apartemen nya, tetapi Kayana merasa tidak enak bila ia harus nyelonong masuk begitu saja.

Karena sudah terlalu lama dan khawatir jika sebenarnya terjadi apa-apa dengan Giandra di dalam, Kayana memutuskan untuk memasukkan kode yang di berikan Giandra.

“Permisi, gue udah mencet bel sampe mampus tapi gak lo bukain. Pokoknya gue gak lancang.” kata Kayana sambil memasukkan angka demi angka.

Kayana menghela nafas kasar begitu pintu bisa terbuka. Ia berjalan dengan perlahan sambil melihat ke sekitar.

Apartemen Giandra sangat gelap, penerangannya minim sekali, udaranya juga sangat menusuk kulit Kayana. Ada lagu dari Zayn Malik yang mengalun merdu dari pojok ruangan. Suaranya cukup samar dan tidak menggangu, malah mungkin cukup nyaman untuk membuat orang yang mendengar jadi jatuh tertidur.

Cewek itu lalu menemukan Giandra yang tertidur pulas terbungkus oleh selimut. Melihat itu Kayana hanya bisa menghela nafas lalu beralih menuju dapur. Ia menyalakan lampu dapur sebagai penerangan.

Karena lampu dapur menyala, Kayana jadi bisa melihat lebih jelas apartemen Giandra. Apartemen cowok itu di dominasi oleh warna hitam dan abu-abu. Ada kasur yang Giandra tiduri di pojok ruangan, tidak ada sofa sama sekali di apartemen ini membuat ruangan menjadi lebih luas. Hanya ada karpet bulu di tengah ruangan dan meja berkaki pendek.

Kayana menggeleng pelan lalu memanaskan bubur yang ia beli di microwave. Begitu selesai cewek itu lalu menaruh bubur tersebut di meja dan melangkah mendekat pada Giandra.

“Bangun,” Kayana menepuk lengan Giandra pelan. “Makan dulu bentar.”

Dapat Kayana rasakan kalau tubuh Giandra memang panas. Ia jadi merasa bersalah.

Cowok itu lantas mengernyit saat Kayana menyalakan lampu yang membuat ruangan menjadi lebih terang. Butuh waktu lima menit untuk Giandra akhirnya bangun dan duduk di meja kecil di ruang tengah.

“Dari tadi?” tanya Giandra.

Kayana hanya mengangguk. Cewek itu masih duduk di sisi kanan tempat tidur Giandra sementara Giandra sedang memakan buburnya.

“Apartemen lo kosong banget.” kata Kayana dengan mata yang menjelajah isi apartemen Giandra.

Giandra menelan bubur yang ia makan. “Iya, gak suka banyak furniture. Bikin sumpek, lagian gue juga tinggal sendiri.” jawab Giandra.

Giandra tidak banyak berbicara sedari tadi, ia hanya diam dan menikmati bubur yang di bawakan oleh Kayana. Setelah makan cowok itu lalu meminum obat yang sebelumnya sudah Kayana siapkan.

Giandra sebenarnya tidak menyangka Kayana akan benar-benar datang ke apartemennya, di lihat dari bagaimana kepribadian cewek itu. Tetapi melihat Kayana yang sekarang tengah duduk di tepi kasurnya, Giandra jadi tersenyum.

“Dih? Lo kenapa?” tanya Kayana saat menyadari Giandra tersenyum saat menatap cewek itu.

Giandra hanya menggeleng, cowok itu lantas bangkit dan menaruh piring dan gelas kotor di tempat pencucian piring.

Giandra kembali menghampiri Kayana dengan segelas jus jeruk di tangannya. Ia lalu memberikannya kepada cewek itu dan langsung Kayana terima.

“Gue baru tau kalau lo ternyata abang nya Gathra.” kata Kayana membuka percakapan.

Giandra ikut bergabung duduk di samping Kayana, cowok itu memakai jaket yang tergeletak di kasurnya.

“Gue juga baru tau kalau ternyata gue punya adek Gathra.”

Perkataan Giandra mengundang tanda tanya di kepala Kayana. Cewek itu lalu menoleh untuk menatap Giandra yang hanya menatap dengan pandangan mengawang kearah jendela.

“Gue baru tau waktu lulus SMA kalau ternyata Gathra adek gue.”

Saat Giandra mulai bercerita, lagu dari turntable berganti menjadi It's You milik Zayn Malik. Ini adalah salah satu dari sekian banyak lagu favorit yang selalu Giandra putar.

“Jadi mama lo?”

“Gak sempet tau. Karena gue tau nya pun seminggu setelah mama gue meninggal.” jawab Giandra.

Kala itu Giandra merasa dunia sangat tidak adil baginya. Di saat ia kehilangan orang yang sangat ia sayangi, ia harus di hadapkan oleh kenyataan bahwa ternyata papa nya memiliki istri selain mama nya dan anak selain dirinya. Awalnya Giandra sempat tidak terima dan berontak, tetapi papa nya tidak memberi respon apapun yang mana membuat Giandra akhirnya capek sendiri.

“Lo apa kabar?” tanya Giandra menatap Kayana dengan lekat.

“Gini-gini aja.” jawab Kayana.

Giandra mengenal Kayana jauh sebelum Gathra mengenal Kayana. Giandra dan Kayana dahulu sekolah di SMA yang sama, yang mana Kayana adalah adik kelas dari Giandra. Ada beberapa peristiwa yang membuat mereka dekat sampai harus kembali berjauhan seperti orang asing.

Tetapi Kayana maupun Giandra sama-sama tidak mau mengingat apapun itu soal masa lalu yang mereka lalui. Mereka pun sudah sepakat untuk bersikap tidak saling mengenal satu sama lain di luar. Tetapi sekarang, saat tidak ada orang lain mengawasi, hanya ada mereka, semua kesepakatan itu menjadi pengecualian.

“Mau liat mini library gue gak?” tanya Giandra karena menyadari jika hadir kecanggungan di antara mereka.

Giandra berdiri lalu mengajak Kayana dimana mini library itu berada ketika cewek itu mengangguk setuju. Giandra membuka kamarnya yang mana langsung muncul kucing peliharaan Giandra yang membuat Kayana menjerit kaget.

“Sorry,” Giandra meringis. “It's okay, dia jinak kok.” Giandra lalu menggendong kucingnya dan meletakkan kucing itu di couch yang berada di pojok ruangan.

Saat Kayana masuk, bau khas dari buku menguar. Di dalam kamar itu, hanya ada satu rak buku kecil yang mana tidak dapat menampung semua koleksi buku Giandra. Selebihnya buku-buku milik Giandra di biarkan tertata sedemikian rupa di lantai. Di kamar itu juga ada sofa dan beberapa canvas serta peralatan menggambar lainnya. Di pojok ruangan juga ada kulkas mini yang bisa Kayana tebak berisi soft drink. Ada juga lemari transparan yang berisi pakaian milik Giandra

“Sorry berantakan.” kata Giandra lalu membereskan beberapa buku yang berserak.

“Kenapa gak pakai rak?”

“Males beli dan ngerakitnya. Jadi gitu aja deh, lagian gue bukan tipe orang yang baca buku lebih dari sekali kayak lo.” jelas cowok itu.

Kayana lalu berdiri di salah satu lukisan abstrak dengan kata-kata yang bertuliskan 'who are you when nobody's watching' dari Stephen Fry.

Cewek itu cukup lama menatap lukisan tersebut sampai akhirnya Giandra menyodorkan salah satu buku yang ia punya. Kayana menerima buku yang Giandra berikan, itu adalah salah satu buku yang ingin Kayana baca.

“It ends with us?” tanya Kayana.

“Iya, baca deh. Bagus.”

Kayana hanya mengangguk. Ia lalu menatap punggung Giandra yang kini sibuk merapikan buku-buku yang masih berserak.

Giandra tampak berbeda hari ini. Entah karena ia sedang sakit atau memang ia seperti ini jika tidak banyak orang yang 'melihat' dirinya.

Giandra tampak lebih tenang dari biasanya. Tapi entah mengapa hal ini cukup membuat Kayana terganggu.