radianteclipse

lowkey

dalam hitungan menit sekre kini di penuhi dengan orang. tadinya hanya ada Deverra dan Jelena, lalu muncul Yasa dan di susul yang lain.

hari ini rencananya mereka mau membahas perihal malam inagurasi yang akan di adakan seminggu lagi. makanya pihak BEM lagi sibuk-sibuknya menyiapkan ini, apalagi yang panitia inti.

“mana proposal?” Jelena menadahkan tangannya meminta proposal yang sebelumnya di urus oleh Adara selalu sekretaris.

“udah beres tinggal tanda tangan Dev sama dekan.” ucap Adara lalu memberikan proposal yang sedari tadi ia pegang.

“apa lagi yang perlu di bahas?” kini Deverra yang angkat bicara.

Malvin yang duduk di sudut ruangan langsung mengangkat tangannya. setelah dapat persetujuan dari Deverra, Malvin baru berbicara.

“panitia wajib nginep gak?”

“yang inti wajib, dekdok juga wajib. sebenernya kalau dilihat ya panitia emang harus stand by, tapi kalau ada yang berhalangan nginep bisa koordinasi dulu.” ucap Yasa selaku ketua pelaksana.

“nginep tapi bawa pacar boleh gak?” tanya Deverra yang mengundang cubitan di perutnya dari Jelena.

“kebiasaan deh Dipi.” geram Jelena.

Deverra hanya terkekeh. Darrel yang sedari tadi memperhatikan keduanya langsung berdehem karena mereka sudah mulai asik sendiri.

“kayak punya pacar aja, Dev.” ucap Darrel.

Deverra menggaruk kepalanya canggung. “iya sih, gak punya.”

“hoax banget anjir.” Valerie langsung menyahuti dengan ketus.

sebenarnya dahulu Valerie dan Deverra sempat mempunyai hubungan yang di anggap Valerie itu spesial. bagaimana tidak, Deverra antar jemput Valerie iya, hang out berdua waktu weekend iya, terus udah sampai ke tahap dimana Valerie dan Deverra udah pakai bahasa aku-kamu.

tetapi Deverra tidak kunjung memberikan pergerakan yang lebih, mereka berdua hanya berjalan di tempat. dan dalam beberapa kesempatan Valerie sempat memergoki Deverra sedang jalan dengan cewek lain.

“yaelah, masih aja sinisnya.” ucap Aksa dengan nada tengil.

sudah jadi rahasia umum kalau Valerie masih nyimpan dendam pribadi ke Deverra karena masa lalu mereka.

sedangkan Deverra sendiri ya santai aja, tapi kadang dia suka gak enak kalau anak-anak BEM mulai menggoda mereka berdua dan menyeret Jelena kedalamnya.

kayak sekarang, Joshua mulai menggoda Jelena yang sedari tadi hanya terdiam.

“udah, Jejenya udah diem aja tuh.” goda Joshua.

“apaan sih, Jo.” bela Deverra karena ia tahu kalau Jelena tidak akan nyaman di goda seperti itu.

setelah selesai rapat beberapa dari mereka ada yang pulang dan ada yang tinggal seperti Malvin, Valerie, Deverra, Jelena, dan Joshua yang masih betah menetap di sekre.

semuanya sibuk sendiri, sampai akhirnya ada dua alarm dari handphone yang berbeda berbunyi. yaitu handphone Deverra dan Jelena.

ketika alarm itu berbunyi cowok itu langsung mendekat kearah Jelena yang kini sudah sibuk berkutat pada handphonenya.

“jadinya mau yang mana?” tanya Dev.

“ini, ini, sama ini. tapi ntar di elu tambah yang ini ya? tangan lu kan wangi.” jelas Jelena.

Deverra tersenyum simpul. “aman aja, serahkan sama gua.”

Joshua yang sedari tadi memerhatikan keduanya cukup kebingungan, ia lalu mendekat pada Valerie dan bertanya pada gadis itu.

“ngapain mereka?”

“Dev lagi bantuin Jeje war di thrift shop.” jawab Valerie.

“emang war apa?”

“kemaren sih katanya skirt, sama baseball jacket.”

“emang Dev udah biasa bantuin Jelena?”

Valerie mengernyit lalu menatap Joshua heran. “Dev gak ada cerita sama lu?”

“cerita apaan?” Joshua balik bertanya.

“si Dev udah kayak jadi jastip war thrift khususnya Jelena.” jawab Valerie. “temen lu itu, gatau deh ngapain mereka. di bilang temen tingkahnya bukan kayak temen, di bilang lagi pdktan juga enggak, pacaran apalagi.”

Joshua tertawa. “emang gak ada yang tau. Dev aja gak tau kalau di tanya.”

“Jelena malah ngelak mulu kalau ditanya.” Valerie menimpali. “katanya wajar aja presma sama wapresma kan harus deket.”

“alibi,” Joshua berdecih.

Seasonal Taste

Prabu hanya terdiam menatap Selene yang masih lalu lalang bersiap-siap untuk ke Seasonal Taste.

“tolong,” ucap Selene menghampiri Prabu.

posisi gadis itu sedang membelakangi Prabu, meminta tolong Prabu untuk menaikkan resleting dress yang ia kenakan.

“you have little mole.” ucap Prabu tidak langsung meresleting dress Selene. laki-laki itu malah sibuk memandangi punggung Selene.

“oh ya? dimana?”

“boleh?” Prabu balik bertanya pada Selene, meminta izin gadis itu.

Selene hanya mengangguk sebagai jawaban yang mana membuat Prabu membawa tangannya ke arah bagian pundak belakang Selene.

“here, look so cute.” ucap Prabu dengan seringai yang menghiasi wajahnya.

setelah itu Prabu langsung menaikkan resleting dress tersebut. setelah selesai Selene kembali masuk kedalam kamarnya untuk mengambil tas yang akan ia bawa.

“sayang.” panggil Prabu dari ruang santai.

“kenapa?” Selene bertanya sembari menghampiri laki-laki itu yang masih terduduk manis di sofa.

“gak papa kan ketemu Javier? sorry aku lupa nanya ini, kalau kamu gak nyaman biar aku batalin.”

Selene mendudukkan dirinya di samping Prabu. gadis itu lalu membawa tangannya ke lengan baju Prabu.

Prabu tersenyum melihat Selene yang kini menggulung lengan bajunya sampai sebatas siku. sebenarnya yang begini tuh biasa aja, cuma gak tahu kenapa kalau Selene yang ngelakuin rasanya dada Prabu sesak banget.

“it's okay, as long as i'm with you.”

Prabu tersenyum mendengar jawaban dari Selene. ia mencuri satu ciuman di bibir gadis itu lalu berdiri dan mengajak Selene untuk langsung pergi sekarang.

setelah sampai mereka di Seasonal Taste, ternyata Javier dan Hera lebih dulu berada disana.

mendadak Selene merasa sangat gugup karena mendapati Javier kini tengah menatapnya dengan tajam. Prabu yang merasakan perubahan dalam sikap Selene langsung merangkul pinggang Selene dan berbisik pada gadis itu.

“it's okay, i'm here.”

Prabu menuntun Selene sampai akhirnya mereka mendudukkan diri di hadapan Hera dan Javier.

Selene menarik nafas lalu mencoba tersenyum saat Javier masih menatapnya dengan tajam. tangan Prabu kini berpindah untuk menggenggam erat tangan Selene.

“hi.” sapa Selene pada Javier. “udah pesan?”

Javier hanya menggeleng pelan. sementara Hera dan Prabu hanya terdiam melihat keduanya. Prabu sih gak usah ditanya ya, dia males banget kalau harus ngajak Hera ngobrol.

Selene lalu mengalihkan tatapannya kepada Prabu. seakan mengerti apa yang di maksud oleh Selene lewat tatapannya, laki-laki itu langsung menyodorkan buku menu kepada Selene.

“samain aja sama kamu maksud aku.” kata Selene yang membuat Prabu mengangguk mengerti.

Prabu lalu menatap Hera di hadapannya. “pesen aja.”

setelah mereka selesai memesan makanan, Prabu membuka pembicaraan.

“first of all-”

Selene menyikut perut Prabu yang mana membuat laki-laki itu langsung menatapnya.

“apa?” tanya Prabu heran.

“kaku banget kayak mau pidato.” Selene mendengus, ia lalu menatap Javier dan Hera secara bergantian. “apa kabar kalian?”

“great,” jawab Javier singkat yang akhirnya menunjukkan senyumnya.

sedangkan Hera hanya terdiam yang mana membuat Prabu sedikit heran.

“maaf ya udah ganggu kalian.” lanjut Selene. “gua cuma mau ngelurusin beberapa hal aja disini.”

Javier dan Hera hanya terdiam menyimak Selene, sedangkan Prabu kini tengah menatap kekasihnya dengan bangga walaupun dapat Prabu rasakan tangan Selene mulai dingin karena gugup.

“yes, gua pacaran sama Prabu and i'm happy with that. there's no but to loving him. jadi gua mohon banget entah Javier atau Hera, tolong jangan buang waktu kalian buat ngirim hate speech buat gua.

dan buat Javier, maaf ya. there's no second chance for you. sorry juga kalau gua ada salah kata dalam nanggepin semua chat lu. i'm happy now, jadi gua harap lu juga bisa nemuin kebahagiaan lu.”

Javier hanya terdiam, ia lalu menghela nafas sebelum menanggapi perkataan Selene.

“gua juga minta maaf atas segala yang gua lakuin ke lu, semuanya. i'm glad you're happy with him now, you deserves that.” ucap Javier.

terjadi keheningan beberapa saat sampai akhirnya Prabu kembali berbicara.

“i thought you have something to explain.” ucap Prabu kepada Hera.

Hera mengernyitkan dahinya heran. “gak ada, semua udah clear kan? kamu juga mau aku minta maaf ke Selene?”

“oh, no. jangan pura-pura bodoh. atau mau saya yang ngingetin kamu soal hate speech yang kamu kirim ke base kampus buat Selene?”

Hera membulatkan matanya, kentara dia terkejut setelah mendengar omongan Prabu.

“i'm not.” elak Hera.

“it's okay.” sela Selene sambil mengelus lengan Prabu karena laki-laki tersebut terlihat emosi sekarang.

“no, it's not. Agatha, listen, saya gak papa kalau mungkin yang kamu fitnah itu saya sendiri. tapi kalau itu Selene, jangan kamu kira saya bisa diem aja ya. you know me, i'm not gonna let anyone else offend Selene.”

Selene menepuk bahu Prabu mengisyaratkan laki-laki itu untuk diam sesaat karena Selene ingin bicara.

“i know it's you,” ucap Selene. “admin base kan Lucas sama Tiara, they told me kalau itu lu. gua awalnya mau confront lu secara langsung, tapi kayaknya gak berguna banget. gua tau lu cuma lagi di tahap gak terima Prabu ninggalin lu, tapi you must accept that fact. we love each other, Hera. so please, stop act like that. gua gak papa lu gituin gua, tapi Prabu mungkin ga suka. dan karena itu juga gua jadi gak suka lu begitu ke gua, karena lu bikin Prabu harus buang-buang waktu untuk ngurus hal gak berguna begini.” jelas Selene.

penjelasan Selene membuat Prabu dan Javier tersenyum. sementara Hera hanya terdiam dan kepalanya menunduk secara perlahan.

“you got it, Agatha?” tanya Prabu.

Seasonal Taste

Prabu hanya terdiam menatap Selene yang masih lalu lalang bersiap-siap untuk ke Seasonal Taste.

“tolong,” ucap Selene menghampiri Prabu.

posisi gadis itu sedang membelakangi Prabu, meminta tolong Prabu untuk menaikkan resleting dress yang ia kenakan.

“you have little mole.” ucap Prabu tidak langsung meresleting dress Selene. laki-laki itu malah sibuk memandangi punggung Selene.

“oh ya? dimana?”

“boleh?” Prabu balik bertanya pada Selene, meminta izin gadis itu.

Selene hanya mengangguk sebagai jawaban yang mana membuat Prabu membawa tangannya ke arah bagian pundak belakang Selene.

“here, look so cute.” ucap Prabu dengan seringai yang menghiasi wajahnya.

setelah itu Prabu langsung menaikkan resleting dress tersebut. setelah selesai Selene kembali masuk kedalam kamarnya untuk mengambil tas yang akan ia bawa.

“sayang.” panggil Prabu dari ruang santai.

“kenapa?” Selene bertanya sembari menghampiri laki-laki itu yang masih terduduk manis di sofa.

“gak papa kan ketemu Javier? sorry aku lupa nanya ini, kalau kamu gak nyaman biar aku batalin.”

Selene mendudukkan dirinya di samping Prabu. gadis itu lalu membawa tangannya ke lengan baju Prabu.

Prabu tersenyum melihat Selene yang kini menggulung lengan bajunya sampai sebatas siku. sebenarnya yang begini tuh biasa aja, cuma gak tahu kenapa kalau Selene yang ngelakuin rasanya dada Prabu sesak banget.

“it's okay, as long as i'm with you.”

Prabu tersenyum mendengar jawaban dari Selene. ia mencuri satu ciuman di bibir gadis itu lalu berdiri dan mengajak Selene untuk langsung pergi sekarang.

setelah sampai mereka di Seasonal Taste, ternyata Javier dan Hera lebih dulu berada disana.

mendadak Selene merasa sangat gugup karena mendapati Javier kini tengah menatapnya dengan tajam. Prabu yang merasakan perubahan dalam sikap Selene langsung merangkul pinggang Selene dan berbisik pada gadis itu.

“it's okay, i'm here.”

Prabu menuntun Selene sampai akhirnya mereka mendudukkan diri di hadapan Hera dan Javier.

Selene menarik nafas lalu mencoba tersenyum saat Javier masih menatapnya dengan tajam. tangan Prabu kini berpindah untuk menggenggam erat tangan Selene.

“hi.” sapa Selene pada Javier. “udah pesan?”

Javier hanya menggeleng pelan. sementara Hera dan Prabu hanya terdiam melihat keduanya. Prabu sih gak usah ditanya ya, dia males banget kalau harus ngajak Hera ngobrol.

Selene lalu mengalihkan tatapannya kepada Prabu. seakan mengerti apa yang di maksud oleh Selene lewat tatapannya, laki-laki itu langsung menyodorkan buku menu kepada Selene.

“samain aja sama kamu maksud aku.” kata Selene yang membuat Prabu mengangguk mengerti.

Prabu lalu menatap Hera di hadapannya. “pesen aja.”

setelah mereka selesai memesan makanan, Prabu membuka pembicaraan.

“first of all-”

Selene menyikut perut Prabu yang mana membuat laki-laki itu langsung menatapnya.

“apa?” tanya Prabu heran.

“kaku banget kayak mau pidato.” Selene mendengus, ia lalu menatap Javier dan Hera secara bergantian. “apa kabar kalian?”

“great,” jawab Javier singkat yang akhirnya menunjukkan senyumnya.

sedangkan Hera hanya terdiam yang mana membuat Prabu sedikit heran.

“maaf ya udah ganggu kalian.” lanjut Selene. “gua cuma mau ngelurusin beberapa hal aja disini.”

Javier dan Hera hanya terdiam menyimak Selene, sedangkan Prabu kini tengah menatap kekasihnya dengan bangga walaupun dapat Prabu rasakan tangan Selene mulai dingin karena gugup.

“yes, gua pacaran sama Prabu and i'm happy with that. there's no but to loving him. jadi gua mohon banget entah Javier atau Hera, tolong jangan buang waktu kalian buat ngirim hate speech buat gua.

dan buat Javier, maaf ya. there's no second chance for you. sorry juga kalau gua ada salah kata dalam nanggepin semua chat lu. i'm happy now, jadi gua harap lu juga bisa nemuin kebahagiaan lu.”

Javier hanya terdiam, ia lalu menghela nafas sebelum menanggapi perkataan Selene.

“gua juga minta maaf atas segala yang gua lakuin ke lu, semuanya. i'm glad you're happy with him now, you deserves that.” ucap Javier.

terjadi keheningan beberapa saat sampai akhirnya Prabu kembali berbicara.

“i thought you have something to explain.” ucap Prabu kepada Hera.

Hera mengernyitkan dahinya heran. “gak ada, semua udah clear kan? kamu juga mau aku minta maaf ke Selene?”

“oh, no. jangan pura-pura bodoh. atau mau saya yang ngingetin kamu soal hate speech yang kamu kirim ke base kampus buat Selene?”

Hera membulatkan matanya, kentara dia terkejut setelah mendengar omongan Prabu.

“i'm not.” elak Hera.

“it's okay.” sela Selene sambil mengelus lengan Prabu karena laki-laki tersebut terlihat emosi sekarang.

“no, it's not. Agatha, listen, saya gak papa kalau mungkin yang kamu fitnah itu saya sendiri. tapi kalau itu Selene, jangan kamu kira saya bisa diem aja ya. you know me, i'm not gonna let anyone else offend Selene.”

Selene menepuk bahu Prabu mengisyaratkan laki-laki itu untuk diam sesaat karena Selene ingin bicara.

“i know it's you,” ucap Selene. “admin base kan Lucas sama Tiara, they told me kalau itu lu. gua awalnya mau confront lu secara langsung, tapi kayaknya gak berguna banget. gua tau lu cuma lagi di tahap gak terima Prabu ninggalin lu, tapi you must accept that fact. we love each other, Hera. so please, stop act like that. gua gak papa lu gituin gua, tapi Prabu mungkin ga suka. dan karena itu juga gua jadi gak suka lu begitu ke gua, karena lu bikin Prabu harus buang-buang waktu untuk ngurus hal gak berguna begini.” jelas Selene.

penjelasan Selene membuat Prabu dan Javier tersenyum. sementara Hera hanya terdiam dan kepalanya menunduk secara perlahan.

“you got it, Agatha?” tanya Prabu.

Seasonal Taste

Prabu hanya terdiam menatap Selene yang masih lalu lalang bersiap-siap untuk ke Seasonal Taste.

“tolong,” ucap Selene menghampiri Prabu.

posisi gadis itu sedang membelakangi Prabu, meminta tolong Prabu untuk menaikkan resleting dress yang ia kenakan.

“you have little mole.” ucap Prabu tidak langsung meresleting dress Selene. laki-laki itu malah sibuk memandangi punggung Selene.

“oh ya? dimana?”

“boleh?” Prabu balik bertanya pada Selene, meminta izin gadis itu.

Selene hanya mengangguk sebagai jawaban yang mana membuat Prabu membawa tangannya ke arah bagian pundak belakang Selene.

“here, look so cute.” ucap Prabu dengan seringai yang menghiasi wajahnya.

setelah itu Prabu langsung menaikkan resleting dress tersebut. setelah selesai Selene kembali masuk kedalam kamarnya untuk mengambil tas yang akan ia bawa.

“sayang.” panggil Prabu dari ruang santai.

“kenapa?” Selene bertanya sembari menghampiri laki-laki itu yang masih terduduk manis di sofa.

“gak papa kan ketemu Javier? sorry aku lupa nanya ini, kalau kamu gak nyaman biar aku batalin.”

Selene mendudukkan dirinya di samping Prabu. gadis itu lalu membawa tangannya ke lengan baju Prabu.

Prabu tersenyum melihat Selene yang kini menggulung lengan bajunya sampai sebatas siku. sebenarnya yang begini tuh biasa aja, cuma gak tahu kenapa kalau Selene yang ngelakuin rasanya dada Prabu sesak banget.

“it's okay, as long as i'm with you.”

Prabu tersenyum mendengar jawaban dari Selene. ia mencuri satu ciuman di bibir gadis itu lalu berdiri dan mengajak Selene untuk langsung pergi sekarang.

setelah sampai mereka di Seasonal Taste, ternyata Javier dan Hera lebih dulu berada disana.

mendadak Selene merasa sangat gugup karena mendapati Javier kini tengah menatapnya dengan tajam. Prabu yang merasakan perubahan dalam sikap Selene langsung merangkul pinggang Selene dan berbisik pada gadis itu.

“it's okay, i'm here.”

Prabu menuntun Selene sampai akhirnya mereka mendudukkan diri di hadapan Hera dan Javier.

Selene menarik nafas lalu mencoba tersenyum saat Javier masih menatapnya dengan tajam. tangan Prabu kini berpindah untuk menggenggam erat tangan Selene.

“hi.” sapa Selene pada Javier. “udah pesan?”

Javier hanya menggeleng pelan. sementara Hera dan Prabu hanya terdiam melihat keduanya. Prabu sih gak usah ditanya ya, dia males banget kalau harus ngajak Hera ngobrol.

Selene lalu mengalihkan tatapannya kepada Prabu. seakan mengerti apa yang di maksud oleh Selene lewat tatapannya, laki-laki itu langsung menyodorkan buku menu kepada Selene.

“samain aja sama kamu maksud aku.” kata Selene yang membuat Prabu mengangguk mengerti.

Prabu lalu menatap Hera di hadapannya. “pesen aja.”

setelah mereka selesai memesan makanan, Prabu membuka pembicaraan.

“first of all-”

Selene menyikut perut Prabu yang mana membuat laki-laki itu langsung menatapnya.

“apa?” tanya Prabu heran.

“kaku banget kayak mau pidato.” Selene mendengus, ia lalu menatap Javier dan Hera secara bergantian. “apa kabar kalian?”

“great,” jawab Javier singkat yang akhirnya menunjukkan senyumnya.

sedangkan Hera hanya terdiam yang mana membuat Prabu sedikit heran.

“maaf ya udah ganggu kalian.” lanjut Selene. “gua cuma mau ngelurusin beberapa hal aja disini.”

Javier dan Hera hanya terdiam menyimak Selene, sedangkan Prabu kini tengah menatap kekasihnya dengan bangga walaupun dapat Prabu rasakan tangan Selene mulai dingin karena gugup.

“yes, gua pacaran sama Prabu and i'm happy with that. there's no but to loving him. jadi gua mohon banget entah Javier atau Hera, tolong jangan buang waktu kalian buat ngirim hate speech buat gua.

dan buat Javier, maaf ya. there's no second chance for you. sorry juga kalau gua ada salah kata dalam nanggepin semua chat lu. i'm happy now, jadi gua harap lu juga bisa nemuin kebahagiaan lu.”

Javier hanya terdiam, ia lalu menghela nafas sebelum menanggapi perkataan Selene.

“gua juga minta maaf atas segala yang gua lakuin ke lu, semuanya. i'm glad you're happy with him now, you deserves that.” ucap Javier.

terjadi keheningan beberapa saat sampai akhirnya Prabu kembali berbicara.

“i thought you have something to explain.” ucap Prabu kepada Hera.

Hera mengernyitkan dahinya heran. “gak ada, semua udah clear kan? kamu juga mau aku minta maaf ke Selene?”

“oh, no. jangan pura-pura bodoh. atau mau saya yang ngingetin kamu soal hate speech yang kamu kirim ke base kampus buat Selene?”

Hera membulatkan matanya, kentara dia terkejut setelah mendengar omongan Prabu.

“i'm not.” elak Hera.

“it's okay.” sela Selene sambil mengelus lengan Prabu karena laki-laki tersebut terlihat emosi sekarang.

“no, it's not. Agatha, listen, saya gak papa kalau mungkin yang kamu fitnah itu saya sendiri. tapi kalau itu Selene, jangan kamu kira saya bisa diem aja ya. you know me, i'm not gonna let anyone else offend Selene.”

Selene menepuk bahu Prabu mengisyaratkan laki-laki itu untuk diam sesaat karena Selene ingin bicara.

“i know it's you,” ucap Selene. “admin base kan Lucas sama Tiara, they told me kalau itu lu. gua awalnya mau confront lu secara langsung, tapi kayaknya gak berguna banget. gua tau lu cuma lagi di tahap gak terima Prabu ninggalin lu, tapi you must accept that fact. we love each other, Hera. so please, stop act like that. gua gak papa lu gituin gua, tapi Prabu mungkin ga suka. dan karena itu juga gua jadi gak suka lu begitu ke gua, karena lu bikin Prabu harus buang-buang waktu untuk ngurus hal gak berguna begini.” jelas Selene.

penjelasan Selene membuat Prabu dan Javier tersenyum. sementara Hera hanya terdiam dan kepalanya menunduk secara perlahan.

“you got it, Agatha?” tanya Prabu.

Seasonal Taste

Prabu hanya terdiam menatap Selene yang masih lalu lalang bersiap-siap untuk ke Seasonal Taste.

“tolong,” ucap Selene menghampiri Prabu.

posisi gadis itu sedang membelakangi Prabu, meminta tolong Prabu untuk menaikkan resleting dress yang ia kenakan.

“you have little mole.” ucap Prabu tidak langsung meresleting dress Selene. laki-laki itu malah sibuk memandangi punggung Selene.

“oh ya? dimana?”

“boleh?” Prabu balik bertanya pada Selene, meminta izin gadis itu.

Selene hanya mengangguk sebagai jawaban yang mana membuat Prabu membawa tangannya ke arah bagian pundak belakang Selene.

“here, look so cute.” ucap Prabu dengan seringai yang menghiasi wajahnya.

setelah itu Prabu langsung menaikkan resleting dress tersebut. setelah selesai Selene kembali masuk kedalam kamarnya untuk mengambil tas yang akan ia bawa.

“sayang.” panggil Prabu dari ruang santai.

“kenapa?” Selene bertanya sembari menghampiri laki-laki itu yang masih terduduk manis di sofa.

“gak papa kan ketemu Javier? sorry aku lupa nanya ini, kalau kamu gak nyaman biar aku batalin.”

Selene mendudukkan dirinya di samping Prabu. gadis itu lalu membawa tangannya ke lengan baju Prabu.

Prabu tersenyum melihat Selene yang kini menggulung lengan bajunya sampai sebatas siku. sebenarnya yang begini tuh biasa aja, cuma gak tahu kenapa kalau Selene yang ngelakuin rasanya dada Prabu sesak banget.

“it's okay, as long as i'm with you.”

Prabu tersenyum mendengar jawaban dari Selene. ia mencuri satu ciuman di bibir gadis itu lalu berdiri dan mengajak Selene untuk langsung pergi sekarang.

setelah sampai mereka di Seasonal Taste, ternyata Javier dan Hera lebih dulu berada disana.

mendadak Selene merasa sangat gugup karena mendapati Javier kini tengah menatapnya dengan tajam. Prabu yang merasakan perubahan dalam sikap Selene langsung merangkul pinggang Selene dan berbisik pada gadis itu.

“it's okay, i'm here.”

Prabu menuntun Selene sampai akhirnya mereka mendudukkan diri di hadapan Hera dan Javier.

Selene menarik nafas lalu mencoba tersenyum saat Javier masih menatapnya dengan tajam. tangan Prabu kini berpindah untuk menggenggam erat tangan Selene.

“hi.” sapa Selene pada Javier. “udah pesan?”

Javier hanya menggeleng pelan. sementara Hera dan Prabu hanya terdiam melihat keduanya. Prabu sih gak usah ditanya ya, dia males banget kalau harus ngajak Hera ngobrol.

Selene lalu mengalihkan tatapannya kepada Prabu. seakan mengerti apa yang di maksud oleh Selene lewat tatapannya, laki-laki itu langsung menyodorkan buku menu kepada Selene.

“samain aja sama kamu maksud aku.” kata Selene yang membuat Prabu mengangguk mengerti.

Prabu lalu menatap Hera di hadapannya. “pesen aja.”

setelah mereka selesai memesan makanan, Prabu membuka pembicaraan.

“first of all-”

Selene menyikut perut Prabu yang mana membuat laki-laki itu langsung menatapnya.

“apa?” tanya Prabu heran.

“kaku banget kayak mau pidato.” Selene mendengus, ia lalu menatap Javier dan Hera secara bergantian. “apa kabar kalian?”

“great,” jawab Javier singkat yang akhirnya menunjukkan senyumnya.

sedangkan Hera hanya terdiam yang mana membuat Prabu sedikit heran.

“maaf ya udah ganggu kalian.” lanjut Selene. “gua cuma mau ngelurusin beberapa hal aja disini.”

Javier dan Hera hanya terdiam menyimak Selene, sedangkan Prabu kini tengah menatap kekasihnya dengan bangga walaupun dapat Prabu rasakan tangan Selene mulai dingin karena gugup.

“yes, gua pacaran sama Prabu and i'm happy with that. there's no but to loving him. jadi gua mohon banget entah Javier atau Hera, tolong jangan buang waktu kalian buat ngirim hate speech buat gua.

dan buat Javier, maaf ya. there's no second chance for you. sorry juga kalau gua ada salah kata dalam nanggepin semua chat lu. i'm happy now, jadi gua harap lu juga bisa nemuin kebahagiaan lu.”

Javier hanya terdiam, ia lalu menghela nafas sebelum menanggapi perkataan Selene.

“gua juga minta maaf atas segala yang gua lakuin ke lu, semuanya. i'm glad you're happy with him now, you deserves that.” ucap Javier.

terjadi keheningan beberapa saat sampai akhirnya Prabu kembali berbicara.

“i thought you have something to explain.” ucap Prabu kepada Hera.

Hera mengernyitkan dahinya heran. “gak ada, semua udah clear kan? kamu juga mau aku minta maaf ke Selene?”

“oh, no. jangan pura-pura bodoh. atau mau saya yang ngingetin kamu soal hate speech yang kamu kirim ke base kampus buat Selene?”

Hera membulatkan matanya, kentara dia terkejut setelah mendengar omongan Prabu.

“i'm not.” elak Hera.

“it's okay.” sela Selene sambil mengelus lengan Prabu karena laki-laki tersebut terlihat emosi sekarang.

“no, it's not. Agatha, listen, saya gak papa kalau mungkin yang kamu fitnah itu saya sendiri. tapi kalau itu Selene, jangan kamu kira saya bisa diem aja ya. you know me, i'm not gonna let anyone else offend Selene.”

Selene menepuk bahu Prabu mengisyaratkan laki-laki itu untuk diam sesaat karena Selene ingin bicara.

“i know it's you,” ucap Selene. “admin base kan Lucas sama Tiara, they told me kalau itu lu. gua awalnya mau confront lu secara langsung, tapi kayaknya gak berguna banget. gua tau lu cuma lagi di tahap gak terima Prabu ninggalin lu, tapi you must accept that fact. we love each other, Hera. so please, stop act like that. gua gak papa lu gituin gua, tapi Prabu mungkin ga suka. dan karena itu juga gua jadi gak suka lu begitu ke gua, karena lu bikin Prabu harus buang-buang waktu untuk ngurus hal gak berguna begini.” jelas Selene.

penjelasan Selene membuat Prabu dan Javier tersenyum. sementara Hera hanya terdiam dan kepalanya menunduk secara perlahan.

“you got it, Agatha?” tanya Prabu.

Seasonal Taste

Prabu hanya terdiam menatap Selene yang masih lalu lalang bersiap-siap untuk ke Seasonal Taste.

“tolong,” ucap Selene menghampiri Prabu.

posisi gadis itu sedang membelakangi Prabu, meminta tolong Prabu untuk menaikkan resleting dress yang ia kenakan.

“you have little mole.” ucap Prabu tidak langsung meresleting dress Selene. laki-laki itu malah sibuk memandangi punggung Selene.

“oh ya? dimana?”

“boleh?” Prabu balik bertanya pada Selene, meminta izin gadis itu.

Selene hanya mengangguk sebagai jawaban yang mana membuat Prabu membawa tangannya ke arah bagian pundak belakang Selene.

“here, look so cute.” ucap Prabu dengan seringai yang menghiasi wajahnya.

setelah itu Prabu langsung menaikkan resleting dress tersebut. setelah selesai Selene kembali masuk kedalam kamarnya untuk mengambil tas yang akan ia bawa.

“sayang.” panggil Prabu dari ruang santai.

“kenapa?” Selene bertanya sembari menghampiri laki-laki itu yang masih terduduk manis di sofa.

“gak papa kan ketemu Javier? sorry aku lupa nanya ini, kalau kamu gak nyaman biar aku batalin.”

Selene mendudukkan dirinya di samping Prabu. gadis itu lalu membawa tangannya ke lengan baju Prabu.

Prabu tersenyum melihat Selene yang kini menggulung lengan bajunya sampai sebatas siku. sebenarnya yang begini tuh biasa aja, cuma gak tahu kenapa kalau Selene yang ngelakuin rasanya dada Prabu sesak banget.

“it's okay, as long as i'm with you.”

Prabu tersenyum mendengar jawaban dari Selene. ia mencuri satu ciuman di bibir gadis itu lalu berdiri dan mengajak Selene untuk langsung pergi sekarang.

setelah sampai mereka di Seasonal Taste, ternyata Javier dan Hera lebih dulu berada disana.

mendadak Selene merasa sangat gugup karena mendapati Javier kini tengah menatapnya dengan tajam. Prabu yang merasakan perubahan dalam sikap Selene langsung merangkul pinggang Selene dan berbisik pada gadis itu.

“it's okay, i'm here.”

Prabu menuntun Selene sampai akhirnya mereka mendudukkan diri di hadapan Hera dan Javier.

Selene menarik nafas lalu mencoba tersenyum saat Javier masih menatapnya dengan tajam. tangan Prabu kini berpindah untuk menggenggam erat tangan Selene.

“hi.” sapa Selene pada Javier. “udah pesan?”

Javier hanya menggeleng pelan. sementara Hera dan Prabu hanya terdiam melihat keduanya. Prabu sih gak usah ditanya ya, dia males banget kalau harus ngajak Hera ngobrol.

Selene lalu mengalihkan tatapannya kepada Prabu. seakan mengerti apa yang di maksud oleh Selene lewat tatapannya, laki-laki itu langsung menyodorkan buku menu kepada Selene.

“samain aja sama kamu maksud aku.” kata Selene yang membuat Prabu mengangguk mengerti.

Prabu lalu menatap Hera di hadapannya. “pesen aja.”

setelah mereka selesai memesan makanan, Prabu membuka pembicaraan.

“first of all-”

Selene menyikut perut Prabu yang mana membuat laki-laki itu langsung menatapnya.

“apa?” tanya Prabu heran.

“kaku banget kayak mau pidato.” Selene mendengus, ia lalu menatap Javier dan Hera secara bergantian. “apa kabar kalian?”

“great,” jawab Javier singkat yang akhirnya menunjukkan senyumnya.

sedangkan Hera hanya terdiam yang mana membuat Prabu sedikit heran.

“maaf ya udah ganggu kalian.” lanjut Selene. “gua cuma mau ngelurusin beberapa hal aja disini.”

Javier dan Hera hanya terdiam menyimak Selene, sedangkan Prabu kini tengah menatap kekasihnya dengan bangga walaupun dapat Prabu rasakan tangan Selene mulai dingin karena gugup.

“yes, gua pacaran sama Prabu and i'm happy with that. there's no but to loving him. jadi gua mohon banget entah Javier atau Hera, tolong jangan buang waktu kalian buat ngirim hate speech buat gua.

dan buat Javier, maaf ya. there's no second chance for you. sorry juga kalau gua ada salah kata dalam nanggepin semua chat lu. i'm happy now, jadi gua harap lu juga bisa nemuin kebahagiaan lu.”

Javier hanya terdiam, ia lalu menghela nafas sebelum menanggapi perkataan Selene.

“gua juga minta maaf atas segala yang gua lakuin ke lu, semuanya. i'm glad you're happy with him now, you deserves that.” ucap Javier.

terjadi keheningan beberapa saat sampai akhirnya Prabu kembali berbicara.

“i thought you have something to explain.” ucap Prabu kepada Hera.

Hera mengernyitkan dahinya heran. “gak ada, semua udah clear kan? kamu juga mau aku minta maaf ke Selene?”

“oh, no. jangan pura-pura bodoh. atau mau saya yang ngingetin kamu soal hate speech yang kamu kirim ke base kampus buat Selene?”

Hera membulatkan matanya, kentara dia terkejut setelah mendengar omongan Prabu.

“i'm not.” elak Hera.

“it's okay.” sela Selene sambil mengelus lengan Prabu karena laki-laki tersebut terlihat emosi sekarang.

“no, it's not. Agatha, listen, saya gak papa kalau mungkin yang kamu fitnah itu saya sendiri. tapi kalau itu Selene, jangan kamu kira saya bisa diem aja ya. you know me, i'm not gonna let anyone else offend Selene.”

Selene menepuk bahu Prabu mengisyaratkan laki-laki itu untuk diam sesaat karena Selene ingin bicara.

“i know it's you,” ucap Selene. “admin base kan Lucas sama Tiara, they told me kalau itu lu. gua awalnya mau confront lu secara langsung, tapi kayaknya gak berguna banget. gua tau lu cuma lagi di tahap gak terima Prabu ninggalin lu, tapi you must accept that fact. we love each other, Hera. so please, stop act like that. gua gak papa lu gituin gua, tapi Prabu mungkin ga suka. dan karena itu juga gua jadi gak suka lu begitu ke gua, karena lu bikin Prabu harus buang-buang waktu untuk ngurus hal gak berguna begini.” jelas Selene.

penjelasan Selene membuat Prabu dan Javier tersenyum. sementara Hera hanya terdiam dan kepalanya menunduk secara perlahan.

“you got it, Agatha?” tanya Prabu.

Way Home

Prabu tertawa begitu Selene berlari berhambur menuju pelukannya.

“never thought you gonna be this clingy to me.” Prabu terkekeh dengan tangannya yang mengelus rambut Selene.

sebelum ia melepaskan pelukannya, pria itu menyempatkan untuk mengecup dahi Selene seklias lalu menggiring Selene masuk kedalam mobilnya.

“udah makan?” tanya Prabu seketika saat ia sudah menduduki kursi kemudinya.

“belum, sengaja. aku pengen makan di warteg deket kampus aku deh.”

“boleh. jam segini masih buka emang?”

“masih, mereka buka dua puluh empat jam kok.”

Prabu mengangguk, ia lalu melajukan mobilnya ke tempat makan yang Selene maksud.

butuh waktu sekitar satu jam untuk mereka makan. sehabis itu mereka langsung pergi dari tempat itu.

“mau langsung ke apart kamu?” tanya Selene.

“mau ke Tanah Abang dulu.” jawab Prabu singkat.

“kok?”

“inget gak dulu aku cerita soal apartemen aku yang di Anandamaya. itu kan kosong, sayang. sebenarnya emang gak ada rencana untuk aku jual.” jelas Prabu.

lalu lintas hari ini lumayan macet karena sudah memasuki akhir pekan. jadi Prabu mempunyai kesempatan untuk memandang wajah kekasihnya selagi berbincang.

“terus?”

“daripada kosong, kamu tempatin aja mau gak? itu udah atas nama aku juga. ya kalau di banding apartemen yang aku tempatin sih emang gak seberapa, tapi itu nyaman kok buat kamu tinggalin.”

Selene menghela nafas kasar yang mana membuat Prabu menatap perempuan itu lekat.

Prabu sebenarnya tahu kalau Selene pasti akan menolak ide ini, tetapi membiarkan Selene sendiri di kosnya, Prabu merasa kurang yakin.

“sayang, listen. gak kok, ini aku gak ngasih apartemen itu buat kamu. aku cuma mau kamu aman. you know, Javier kan udah tahu soal kost kamu. terus kost kamu juga kost campur, jadi kemungkinan Javier bisa tiba-tiba nyamperin kamu tuh lumayan besar. terus aku juga gak bisa jagain kamu terus kan mulai bulan depan karena aku harus balik ke lokasi.”

Selene masih enggan menatap Prabu, yang mana membuat Prabu kini menepikan mobilnya. kebetulan malam ini Prabu memutuskan untuk tidak melewati tol, atas usul dari Selene.

Prabu meraih tangan kekasihnya. “love, look at me.” ucap Prabu dengan pelan.

“i'm not trying to make you uncomfort. i'm so sorry kalau kamu gak nyaman atas tawaran aku barusan. kamu bisa nolak kok Selene kalau memang kamu merasa gak suka. tapi, please, i beg you, mau ya tinggal disana? at least aku bisa kerja dengan tenang kalau kamu ada disana.”

“aku bisa jaga diri sendiri.”

“i know, i trust you, sayang. kamu sangat bisa jaga diri kamu sendiri. yang gak aku percaya adalah orang-orang lain yang mungkin bisa jahatin kamu.”

Prabu mengulurkan tangannya untuk menarik dagu Selene sehingga Selene kini menatapnya.

“kamu gimana sih? kemarin rencana kamu kan gak gitu. aku gak enak kalau harus ninggalin apartemen kamu sendirian.” jelas Selene begitu dia menatap Prabu yang kini menatapnya dengan tatapan teduhnya.

“aku gak mungkin ngajak kamu tinggal bareng. of course i really want that, so bad. tapi you know, society sometimes sucks. aku gak mau kamu kelihatan buruk di mata orang lain.”

Selene hanya terdiam. Prabu paham, perempuan itu pasti kini merasa bingung. jadi ia memutuskan untuk memberi Selene waktu untuk memutuskan.

“it's up to you, sayang. kita malam ini cuma nginep aja disana, kalau kamu emang gak nyaman kamu bisa balik lagi kost kamu. tapi kalau kamu emang mau tinggal disana, i would be so happy with that.”

Prabu lalu mengecup tangan Selene yang sedari tadi ia genggam.

“take your time, love. you know, i always got your back.” kata Prabu sebelum ia mulai melajukan mobilnya.

Sabang

“hi?”

Prabu menyapa begitu Selene masuk kedalam mobilnya.

hari ini Selene ada bimbingan di kampus, jadi sengaja dia meminta Prabu untuk menjemput karena memang sudah lima hari mereka gak ketemu sama sekali.

tapi Prabu heran, Selene keliatan bete waktu masuk mobil.

“you okay, Selene?” tanya Prabu sambil memasangkan safety bealt kepada Selene karena cewek itu sedari tadi hanya terdiam.

“gak papa, aku laper. mau antar ke Sabang dulu gak? pengen makan soto disana.”

Prabu tersenyum lalu mengelus rambut Selene.

“alright, i'll take you there. tapi emang jam segini tempatnya udah buka?”

“gak tau, kita gak usah lewat tol aja biar lamaan di jalan.” Selene melirik Prabu lalu memilih untuk memainkan handphonenya.

Prabu hanya mengelus rambut Selene kembali sebelum melajukan mobilnya. kayaknya mood Selene lagi gak bagus hari ini, jadi Prabu lebih baik memberi Selene space untuk dirinya sendiri.

jam menunjukan pukul tujuh sesampainya mereka di Sabang. di jalan tadi benar-benar macet karena bersamaan dengan waktu jam pulang kerja.

“kamu udah pernah makan disini belum?” tanya Selene.

mereka berjalan kaki menyusuri jalan Sabang, karena kalau pakai mobil tidak memungkinkan mengingat betapa ramainya Sabang.

Prabu merangkul pinggang Selene lalu membawa gadis itu mendekat padanya.

“belum. kamu mau makan apa?”

“soto pak gendut. kamu makan ceker gak? kalau gak, bisa pake ayam atau daging sapi sih. tapi lebih enak ceker sumpah kamu harus coba. aku aja awalnya makan yang ayam doang, tapi waktu itu ngicip punya Aheng ternyata yang ceker enak banget.”

Prabu hanya tersenyum dengan mata yang tertuju pada Selene saat gadi itu berceloteh.

“i wish i could kiss you right now.” bisik Prabu di telinga Selene.

Selene yang terkejut langsung mencubit perut Prabu. “apa deh flirty banget.”

sesampainya mereka di tempat makan, Selene langsung memesan soto ceker ayam dua. karena tadi Prabu bilang dia mau ngerasain gimana enaknya soto ceker yang Selene maksud.

terjadi keheningan diantara mereka selama keduanya makan. karena Selene sendiri seru banget makan cekernya.

“ewnwak gwak?” tanya Selene dengan mulutnya yang masih penuh dengan makanan.

“telan dulu, sayang.” Prabu mengusap sudut bibir Selene yang terdapat kuah soto. “enak kok.”

setelah keduanya selesai makan mereka tidak langsung pulang karena Selene berkata ingin makan crepes yang berada di warung soto pak gendut.

selagi Selene sibuk dengan crepesnya, Prabu membalas beberapa chat dari rekan kerjanya. setelah itu ia lalu memusatkan perhatiannya pada Selene.

“much better?” tanya Prabu.

“iya. aduh maaf ya kamu jadi kena deh tadi.”

“gak papa. mind to share gak? kamu lagi sebel sama dosen pembimbing kamu?” tanya Prabu.

Selene hanya menggeleng, ia masih tidak mampu membicarakan hal ini sebenarnya.

dan untung saja Prabu mengerti. “alright it's okay baby, you don't have too. but kalau mau cerita i'm all ears for you.”

Selene tersenyum. “makasih ya.”

“my pleasure, sayang.”

“pulang gak? aku capek banget.”

“kamu nginep?”

“boleh?”

“apart aku kamarnya ada 2 kok, Sel.”

“emang ga boleh kalau tidur ya sekamar?”

Prabu terdiam lalu tersenyum. ia tidak menjawab apapun, hanya menarik tangan Selene untuk segera pulang ke apartmennya.

“selene,” Prabu menarik ujung baju Selene.

Selene sebenarnya tuh pengen ketawa kenceng banget kalau Prabu begini. tapi gimana ya ini kan ceritanya Selene lagi jual mahal.

“apa dah narik-narik baju?” jawab Selene dengan nada sebal yang di buat-buat. “mending duduk dah sana. ini saya nyiapin makanannya jadi ribet.”

Prabu hanya menghela nafas lalu berjalan dengan gontai menuju ruang santai.

mungkin lima menit kemudian baru Selene memanggil Prabu untuk segera ke dapur karena makanannya sudah siap. Prabu langsung saja berjalan dengan cepat menuju dapur, yang mana hal ini membuat tawa Selene pecah.

“ini beneran kamu masak sendiri?” Prabu terkesiap saat melihat apa yang tersaji di meja makannya.

“iya lah, oh ya ini.” Selene menyodorkan udang asam manis ke hadapan Prabu. “since terakhir kita makan seafood om keliatan suka banget ini, jadi saya recook deh.”

Prabu tersenyum lalu duduk di kursinya. sebelumnya Selene sudah menyiapkan nasi di piring Prabu jadi Prabu tinggal makan dan ambil lauknya saja.

mata Prabu membulat begitu ia menyuapkan suapan pertamanya. “shit, are you being serious right now, Selene? ini enak banget.”

Selene hanya tertawa kecil. “glad you like it. yaudah lanjutin makan.”

“kamu gak makan?”

“udah.”

Prabu tidak menjawab lagi setelah itu, ia sibuk dengan makanannya. sampai akhirnya lima belas menit kemudian Prabu telah usai dengan makannya dan kini mereka berdua tengah duduk di ruang santai menonton televisi.

“lancar skripsinya?” tanya Prabu memecah keheningan.

“ya gitu deh pokoknya.”

terjadi keheningan lagi beberapa saat sampai akhirnya Selene merasakan Prabu bergerak mendekat kearahnya.

“okay, we need to talk now.” kata Prabu. “kamu kemarin beneran gak marah ke saya kan?”

“menurut om saya keliatannya lagi marah apa engga tuh kemaren?” Selene malah balik bertanya.

Prabu menghela nafas, he chuckled and move closer to Selene. Selene doesn't know what should she do when Prabu start making an abstract patterns on Selene's hand.

“selene,” he said. “selene.”

“apasih om? aku dengar.”

“gak papa, cantik aja nama kamu.”

Selene tertawa. “kayak orangnya gak?”

“yes, you don't need to ask.”

keduanya kemudian terdiam, masih dalam mata yang bertatapan. Prabu lalu tersenyum saat Selene mengalihkan wajahnya dan berdehem.

“you stay tonight.”

“hah?”

“kamu nginep Selene malam ini.” Prabu menopang kepalanya dengan tangan lalu menatap Selene masih dengan senyum di wajahnya. “udah jam segini mau pulang juga nanggung kan?”

mendengar perkataan Prabu, Selene langsung menyalakan handphonenya. dan betul saja jam sekarang menunjukkan pukul satu malam.

“gak ah, saya di jemput kok.”

Prabu langsung menegakkan badannya, menatap Selene dengan kerutan di keningnya.

“sama siapa?”

“sama Ekal, temen kampus saya.” Handphone Selene berbunyi setelahnya. “eh ini dia udah di bawah. saya pulang ya om.”

Selene langsung berdiri dan bersiap-siap meninggalkan Prabu yang masih bengong karena tidak mengerti situasi ini.

saat Selene berada di ambang pintu unit apartemen barulah Prabu sadar.

“what the fuck, Selene? are you being serious right now?”

“ih iyalah. lagian mau pulang sama siapa saya kalau gak sama Ekal?” Selene lalu membuka pintu unit apartemen Prabu. “dadah om, saya pulang ya.”

Selene berjalan menjauh dengan senyum kemenangan di wajahnya.

“two can play that game, Prabu.” Selene bermonolog saat berada di lift

Selene masih sempat mendengar suara Prabu yang menggema memanggil namanya tadi sebelum Selene masuk kedalam lift.

Jakarta – Bali

Selene kaget bukan main saat melihat nama Prabu muncul di handphone nya.

setelah mengirim pesan yang terkesan sarkas ke Prabu, Prabu memang tidak menjawab apapun sampai kurang lebih satu jam. tapi setelah itu Prabu langsung menelpon Selene.

“halo, you there?” tanya Prabu di ujung sana.

Selene hanya berdehem, tidak berani menjawab karena jujur dia sendiri ketar-ketir di telpon Prabu begini.

*“you okay, Selene?” tanya Prabu lagi karena Selene tidak kunjung bicara apapun.

“i'm okay, kok. om kenapa nelpon?”

Selene bisa mendengar Prabu menghela nafas di seberang sana lalu terdengar suara grasak-grusuk.

“mau omongin soal Agatha sama kamu. soalnya kalau di chat saya rasa nantinya kamu bakal emosi.” jawab Prabu.

Selene masih tidak menjawab, ia hanya menyimak menunggu Prabu untuk menjelaskan apa maksudnya.

“Selene,”

“apa? ngomong aja.”

“okay, soal Agatha gak usah di seriusin. saya gak punya hubungan apapun lagi sama dia, well dulu juga gak punya sih. tapi trust me, there's nothing gonna make you regret if you're stay with me.” Prabu terdiam sejenak.

*“you got it, pretty?” tanya Prabu seketika membuat Selene merinding.

Selene berdehem guna menetralkan tenggorokannya yang seketika terasa cekat saat mendengar Prabu berkata seperti itu.

“tapi kan gak salah ya sama ngomong begitu? i mean, why should i stay with you? i can choose, either stay with you or leave you kan?”

“Selene, we're talk about this setelah saya di Jakarta aja ya? okay? not now, kamu emosi.”

“gak, saya gak emosi. ini saya bingung aja, you have no excuse buat nahan saya. om kan bukan siapa-siapa saya.”

Selene bisa mendengar Prabu menghela nafas lalu berdecak.

sebenarnya Selene tuh bukan tipe yang ribet banget kalau di relationship, tapi sekarang Selene merasa gemas banget sama Prabu soalnya dia tuh terlalu ngawang sama perasaan dia.

Selene gak munafik kok, Selene punya perasaan dikit sama Prabu. Prabu baik, prefect from head to toe, kalau ngomong juga bikin Selene melayang mulu. siapa yang gak suka cowok begitu? Selene yang notabenenya baru putus aja suka.

tapi suka disini bukan dalam artian Selene pengen punya relationship sama Prabu, ya mungkin kalau nanti mereka akan di suatu hubungan Selene gak bakal denial. tapi untuk sekarang kayaknya terlalu cepat.

lagian liat aja si Prabu, nyuruh stay with him tapi alasannya gak jelas.

jadi Selene ini harus stay with him sebagai apa biar dia gak salah kaprah?

“saya pulang besok.”

Selene terbatuk begitu mendengar perkataan Prabu. “om gila ya?”

“habis kamu begitu ke saya. jadi saya pikir ngomong begini pun gak nyelesein masalah kan? jadi saya pulang besok. you said you'll wait for me kan, Selene? that's why i ask you to stay.”

“ya iyasih, yaudah ah males saya ngomong sama om lama-lama.” Selene berdecak sebal.

“okay, now bisa gak kamu berhenti manggil saya om? just Prabu will be nice.”

Selene tidak langsung menjawab. ia menimang apakah harus memanggil Prabu dengan embel-embel om atau tidak.

lagian ya, Prabu kalau diliat dari mukanya tuh gak setua itu sampai harus di panggil om.

“oke, Prabu Aditama. or should i call you Tama instead?”

“no, just Prabu. no Tama or om or Aditama. just Prabu for you, Selene.”

“iye.”

terjadi keheningan diantara mereka beberapa saat. sampai akhirnya Prabu angkat bicara yang mana membuat Selene ingin jungkir balik mendengarnya.

“mom, aku pulang besok ya. my girl mad at me, jadi kayaknya kalau besok aku gak pulang dia bakal ngamuk.”

“kamu punya pacar?”

“belum pacar, but still she's my girl already”

Selene gak sanggup dengarnya, jadi dia langsung matiin sambungan teleponnya.