the day
Deverra melepas PDH yang ia kenakan lalu melemparkannya kearah sembarang dan hanya menyisakan kaos putih polos yang melekat pada tubuhnya.
Hari ini adalah hari kedua inagurasi yang mana juga puncak malam inagurasi. Panitia lain bersiap untuk menyiapkan rangkaian acara selanjutnya.
Deverra tadi sempat izin ke Yasa untuk ke sekre karena badannya terasa sakit sebab sedari siang ia belum ada mengistirahatkan tubuhnya.
Saat cowok itu sibuk dengan pikirannya sendiri dan berbaring diatas sofa, Jelena masuk kedalam sekre yang mana langsung menyita perhatian Deverra.
Deverra tersenyum begitu mendapati kehadiran Jelena.
“udah makan?” tanya Jelena seraya berjalan mendekat kearah Deverra.
“perhatian banget.”
Jelena mendengus sebal. “kalau gak makan acara runyam. yang gua tanyain bukan lu doang, jadi gak usah geer.”
Wajah Deverra menampilkan ekspresi kecewa yang ia buat-buat. Cowok itu lalu mengubah posisinya menjadi duduk lalu menyuruh Jelena untuk duduk bersamanya.
“udah pada siap-siap?” tanya Deverra.
Jelena mengangguk, ia lalu ikut duduk bergabung pada Deverra. “Maba pada gak percaya kalau malam ini jamming bareng Kunto Aji.” kata Jelena.
Deverra tergelak, “ya iya, gak ada panggung, gak ada apa, mana percaya mereka.” Jawab Deverra. “ide lu tuh.”
Jelena mengangkat bahunya. “ya kan kedoknya elu mau bikin semua maba pada akrab, jadi usul gua ya gitu. lagian gak ada yang keberatan.” jawab Jelena santai.
Deverra tertawa, ia lalu mengulurkan tangannya untuk merapihkan rambut Jelena yang sedikit berantakan. Hal ini membuat Jelena membeku seketika, apalagi saat Deverra menyelipkan rambutnya kebelakang telinganya.
Deverra yang menyadari perubahan sikap dari Jelena langsung berdehem lalu menarik tangannya menjauh. “sorry,”
Jelena tidak menjawab, sampai terdapat keheningan diantara mereka beberapa saat. Jelena yang berusaha menenangkan dirinya, sedangkan Deverra yang sibuk merutuki dirinya sendiri.
Karena suasana yang canggung, Deverra akhirnya memutuskan untuk angkat bicara.
“yang nolongin maba kecengklak kemaren waktu jurit malam itu elu, Je?”
“apa sih bahasa lu? kecengklak banget?”
Deverra terkekeh. “ya pokoknya itu deh.”
“iya, abisnya kelompok si maba yang kepleset itu pada panikan gitu. mereka kan cewek semua, jadi gua sempet ngikutin mereka diem-diem dari belakang, takutnya ada apa-apa.”
“lu sendiri?!” Deverra bertanya dengan heboh membuat Jelena mendengus.
“ya mau minta tolong siapa, yang lain sibuk sama kerjaan masing-masing.” kata Jelena.
“jangan gitu lain kali.” Deverra menjawab. “terus itu jadinya gimana?”
“ya gak gimana-gimana, gua tolongin tapi dia minta maaf. gua sampe sekarang gak tau dia minta maaf karena apa.”
Deverra tersenyum simpul, ia sudah mengira kalau Jelena pasti gak tahu perkara dia jadi bahan omongan oleh maba karena sikapnya yang menurut mereka itu menyebalkan.
“yaudah, gak usah di pikirin.” kata Deverra, cowok itu lalu meraih PDH miliknya yang sempat ia lepaskan tadi. “yuk keluar, udah mau mulai kayaknya.”
“lu duluan aja, gua mau ganti celana. celana gua basah tadi abis kecipratan Aksa sama Malvin main air.” jawab Jelena.
“kebiasaan deh dua bocil itu.” kata Deverra sewot. “gua tunggu di depan ya.”
“duluan aja, Dipi, gak papa.”
“gak, gua tunggu diluar.” kata Deverra final lalu cowok itu berjalan keluar sekre meninggalkan Jelena.
Di luar ia langsung di pertemukan oleh Valerie yang sepertinya mau masuk kedalam sekre.
Deverra langsung merentangkan tangannya, melarang Valerie untuk masuk kedalam.
“apaan sih lu jamet?” tanya Valerie sewot.
“Jelena lagi ganti celana.” jawab Deverra santai.
“yaelah, gua udah sering kali liat dia telanjang.”
“wow, cukup beruntung.” kata Deverra. Valerie kembali mencoba untuk masuk tetapi Deverra masih menghalanginya dengan tangannya. “jangan masuk elah, biar dia temen lu atau lu udah sering liat dia telanjang tapi sekarang posisinya lu lagi gak punya izin buat liat dia telanjang.”
Valerie mendengus, ia lalu mengalah, ikut bersandar di pintu sekre sepetri yang Deverra lakukan.
“ribet deh lu.” kata Valerie. “lu duluan aja dah sana gabung yang lain, ini biar gua yang jagain.”
Deverra menggeleng. “gak, mau bareng Jelly aja sekalian.”
Valerie mengernyit mendengar perkataan Deverra. “lu tuh emang suka banget ya ganti-ganti nama orang.”
“gara-gara Jelena.”
“apa hubungannya?”
“gak tau, gua suka aja waktu dia manggil gua Dipi. jadi gitu deh, biar satu sama.” jawab Deverra. “lagian nama lu juga di ganti tuh sama Jelena kan?”
“iya anjir, males banget.”
Memang selain mengganti nama panggilan Deverra, Jelena juga mengganti nama panggilan untuk Valerie. Kata cewek itu nama Valerie terlalu sulit untuk di panggil di kala waktu yang darurat. Jadilah cewek itu memberi nama panggilan Pale ke Valerie yang mana membuat hampir seluruh teman kampusnya juga ikut memanggil Valerie dengan panggilan Pale.
Tidak lama kemudian Jelena keluar dari sekre dengan penampilan yang lebih fresh karena ia sempat cuci muka di kamar mandi sekre. Cewek itu juga mengganti tatanan rambutnya menjadi ponytail, yang tadinya hanya ia gerai begitu saja.
Jelena sempat mengobrol sebentar dengan Valerie sampai akhirnya Deverra menariknya dengan tidak sabar untuk segara bergabung dengan para panitia.
Puncak malam inagurasi ini adalah salah satu tradisi yang selalu di lakukan oleh fakultas teknik. Biasanya mereka melakukannya secara besar-besaran, namun untuk tahun ini, berkat usulan Deverra acara mereka dilaksanakan dengan cukup hangat dan sederhana walau begitu tetap mengesankan.
Ide Jelena sepertinya cukup berhasil, walau hanya ada panggung sederhana dari palet, para mahasiswa baru terlihat sangat menikmati penampilan dari Kunto Aji yang membawakan lagu-lagunya.
Jam menunjukkan pukul satu malam saat acara jamming akustik bersama Kunto Aji telah usai. Sesuai arahan Yasa para panitia langsung mengumpulkan mahasiswa baru sesuai dengan kelompok mereka masing-masing.
Sergio yang merupakan ketua komisi disiplin langsung menyuruh para mahasiswa baru untuk menghitung anggota mereka sesuai dengan kelompok masing-masing.
Memakan waktu lima menit untuk para ketua kelompok melapor kepada Sergio bahwa anggota mereka lengkap, kecuali satu kelompok. Yaitu kelompok lima.
Ketua kelompok lima melaporkan bahwa satu anggota mereka tidak ada, salah satu dari anggota mereka juga menambahkan bahwa sedari tadi ia tidak melihat Jericho, nama anggota yang hilang.
Deverra yang mendengar keributan soal salah satu maba yang hilang langsung teringat akan idenya untuk membuat salah satu panitia juga di culik. Cowok itu dengan santai mendatangi Malvin yang sedang menikmati pertunjukan seorang Sergio yang sedang drama membentak ketua kelompok lima.
“Salah satu dari kita juga di culik sama Yasa.” kata Deverra.
Malvin menolehkan kepalanya, mendapati Deverra yang berdiri di sampingnya dengan rokok yang menyelip diantara jari telunjuk dan tengahnya.
“Paling Aksa, gua gak liat dia dari tadi.” kata Malvin santai.
Keduanya lalu terkekeh, mereka memutuskan untuk mendatangi para panitia yang sedang berkumpul untuk evaluasi sekalian memastikan apakah memang Aksa yang di culik atau tidak.
Setelah lima belas menit para panitia berdiskusi, Aksa muncul dari arah gedung departemen Mesin dengan cengiran di wajahnya.
Ia berlari mendekat, membuat Malvin dan Deverra jadi beradu pandang.
“sorry, gua abis mules banget. udah beres evaluasi nya?”
Pertanyaan Aksa tidak di jawab oleh siapapun karena Deverra kini sibuk mencari Yasa.
Setelah ia bertemu Yasa, cowok itu langsung menodongnya dengan pertanyaan. “siapa yang lu culik?”
“Lah bukan bagian gua, itu bagian anak acara.”
Deverra mendesis, ia lalu merebut megafon yang di pegang Yasa.
“PENGUMUMAN UNTUK SEMUA PANITIA MOHON SEGERA BERKUMPUL SEKARANG JUGA DI SAMPING GEDUNG DEPARTEMEN MESIN. SEKALI LAGI BUAT SEMUA PANITIA TANPA TERKECUALI UNTUK SEGERA BERKUMPUL DI SAMPING GEDUNG DEPARTEMEN MESIN.”
Butuh waktu sepuluh menit untuk membuat semua panitia berkumpul. Deverra menunggu dengan gelisah sedari tadi. Bukannya apa, sebagai ketua BEM ia merasa bertanggung jawab untuk membuat para anggotanya tersadar bahwa salah satu dari anggota mereka menghilang.
“udah semua ini?” tanya Deverra. Tidak ada yang menjawab karena panitia lumayan banyak dan mereka tidak yakin apakah semua sudah berkumpul.
Salah satu junior Deverra mengangkat tangan. “bang Sergio nemenin kelompok lima buat cari anggotanya yang hilang, bang.”
“yang lain? penanggung jawab masing-masing divisi sekarang pada itungin deh anggotanya.” kata Deverra.
Semua para ketua divisi sibuk menghitung para anggotanya, tak terkecuali Deverra yang sibuk menghitung para anggota sponsor inagurasi.
Yasa yang di sampingnya sedari tadi hanya ngedumel sebal. “ini yang ketua pelaksana siapa sih sebenarnya.” katanya yang dihiraukan oleh Deverra.
“bang,” panggil Malvin membuat perhatian Deverra menuju cowok itu sepenuhnya. “kak Jelena sama kak Valerie gak ada.”
Deverra beralih menatap Yugi yang merupakan ketua divisi acara. “yang lu culik dua orang?” tanya Deverra.
Belum Yugi menjawab seseorang langsung menginstrupsi mereka.
“kok pada ngumpul? eh sorry ya gua baru aja bantuin maba yang pingsan tadi.”
Itu adalah Valerie.
Malvin hanya bisa menatap Deverra yang membeku. Cowok itu bisa menebak apa yang akan terjadi sehabis ini.
Deverra berjalan menghampiri Yugi lalu menarik kerah PDH yang cowok itu kenakan. Anggota dari Yugi sempat ingin menarik Deverra tetapi di tahan oleh Darrel.
“lu sembunyiin dimana?” tanya Deverra.
“kalau gua kasih tau ya gak asik dong, Dev.”
“lu sembunyiin dimana Jelena, anjing?” Deverra menggeram. “jangan bilang di tempat yang gelap.”
Yugi menatap Yasa yang hanya diam memperhatikan keduanya.
“di gedung belakang.” jawab Yugi.
Deverra langsung mendorong Yugi sampai cowok itu terjatuh. Ia lalu berlari kearah gedung belakang yang langsung di susul oleh Darrel, Aksa, dan Malvin.
“lah padahal ide dia, kenapa dia yang marah?” tanya Yugi heran.
Valerie yang masih ada di tempat langsung meninju pelan lengan Yugi.
“kan Yasa udah pesan sembunyiin di mushola aja.” kata Valerie.
“gak asik, Pal. Di gedung belakang lebih mencekam, kan gak kepake.” kata Yugi lalu terkekeh.
“siap-siap deh di hajar sama Deverra.” kata Yasa lalu segera berlalu.
Yugi yang bingung hanya bisa menatap Valerie meminta penjelasan.
“Jelena bisa hyperventilating kalau di tempat yang gelap sendirian.”